Sumber: Reuters | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
Tantangan bagi Erdogan
Protes yang terus berlanjut berpotensi menjadi tantangan bagi Erdogan, yang menyebutnya sebagai "terorisme jalanan". Ia hanya menoleransi sedikit kritik dari jalanan sejak pihak berwenang membubarkan protes antipemerintah di Gezi Park dengan kekerasan pada tahun 2013.
Setelah rapat kabinet di Ankara pada hari Senin, presiden menuduh CHP memprovokasi warga dan meramalkan bahwa mereka akan merasa malu atas "kejahatan" yang dilakukan terhadap negara tersebut setelah "pertunjukan" mereka berakhir.
Pada hari Selasa, saat berbicara kepada sekelompok anak muda saat berbuka puasa di bulan Ramadan, Erdogan mendesak kesabaran dan akal sehat di tengah apa yang ia gambarkan sebagai "hari-hari yang sangat sensitif".
"Mereka yang meneror jalanan kita dan ingin mengubah negara ini menjadi tempat yang kacau tidak punya tujuan. Jalan yang mereka tempuh adalah jalan buntu," kata Erdogan.
Pemerintah telah menolak klaim pengaruh politik dan mengatakan bahwa peradilan bersifat independen.
Baca Juga: Protes Besar Melanda Berbagai Kota di Turki Usai Penahanan Wali Kota Istanbul
CHP dalam beberapa hari terakhir telah berulang kali mendesak warga Turki untuk turun ke jalan.
Ketua CHP Ozgur Ozel, yang berpidato dengan suara serak dari atas bus di taman Sarachane setiap malam, mengatakan acara terakhir di sana pada hari Selasa akan menjadi "akhir yang hebat sekaligus awal yang hebat" bagi demonstrasi baru di tempat lain, dan berjanji untuk terus berjuang.
Ia mengatakan partainya akan meluncurkan kampanye pemilihannya dengan demonstrasi Sabtu ini untuk kandidat presiden Imamoglu. Dewan yang mayoritas anggota CHP akan memilih wali kota sementara pada hari Rabu.
Pada hari Senin di Sarachane, seorang dokter mengatakan ia berharap dalam beberapa hari mendatang dapat menghadiri demonstrasi di penjara Silivri tempat wali kota berada di balik jeruji besi di luar kota.
"Saya berharap ini tidak akan pernah berhenti," katanya tentang demonstrasi tersebut. "Kami di sini karena keadilan dan demokrasi dan karena kami tidak percaya bahwa kami hidup di negara yang demokratis."
Di tempat lain di Istanbul pada Senin malam, aksi protes duduk sempat memblokir semua lalu lintas di Jembatan Galata abad ke-19.
Mahasiswa juga banyak yang melakukan pembangkangan sipil dan memboikot kelas universitas sejak hari Senin. Banyak profesor universitas yang melakukan aksi mogok protes selama satu hari pada hari Selasa.