kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Aktivitas Industri Manufaktur Indonesia Terus Melambat Pada Juni 2022


Jumat, 01 Juli 2022 / 11:00 WIB
Aktivitas Industri Manufaktur Indonesia Terus Melambat Pada Juni 2022
ILUSTRASI. Aktivitas produksi di pabrik PT Softex Indonesia, Sidoarjo, Jawa Timur, Kamis (23/1/2020). Aktivitas Industri Manufaktur Indonesia Terus Melambat Pada Juni 2022.


Reporter: Siti Masitoh | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Aktivitas manufaktur Indonesia masih berada dalam zona ekspansi karena masih di level 50. Namun laju ekspansi tersebut terus melambat pada Juni 2022.

S&P Global mencatat, Purchasing Manager’s Index (PMI) Manufaktur Indonesia pada Juni 2022 berada di level 50,2, atau menurun dari Mei 2022 yang sebesar 50,8.

Kondisi perlambatan ini baru terjadi setelah 10 bulan berturut-turut PMI manufaktur Indonesia berada di zona ekspansi.

“PMI Juni merosot ke posisi terendah selama periode ekspansi, tipis di atas level 50. Hanya ada sedikit yang mengalami perbaikan, yaitu di sektor kesehatan,” papar laporan tersebut, Jumat (1/7).

Baca Juga: Kinerja Makin Moncer, Klinko Karya Imaji Kaji Rencana Go Public

Pada periode tersebut, produksi manufaktur dan pemesanan baru tumbuh, tetapi tipis. Bahkan pertumbuhan pemesanan baru jadi yang terendah dalam 10 bulan periode ekspansi. Pun, permintaan klien asing turun pada periode ini.

Selain itu, kondisi inflasi pada Juni yang begitu terasa berdampak pada kenaikan harga bahan baku yang tinggi dan menyebabkan kelangkaan, disusul juga kelangkaan produk yang meluas, sehingga mendorong biaya input yang membengkak.

Ekonom di S&P Global Market Intelligence, Laura Denman mengatakan, tekanan harga masih menjadi keluhan dunia usaha. Hal ini karena mereka harus membebankan kenaikan biaya bahan baku kepada konsumen.

“Kenaikan harga menjadi risiko ke bawah (downside risk) terhadap pertumbuhan industri manufaktur, yang bisa semakin memburuk ketika permintaan domestik ikut terpukul. Jika ini terjadi, maka sektor manufaktur Indonesia akan kehilangan momentum pertumbuhannya,” tutur Laura.

Baca Juga: Prediksi IHSG dan Rekomendasi Saham Pilihan 1 Juli 2022

Di sisi lain, yang harus mendapat perhatian lebih adalah dalam hal penciptaan lapangan pekerjaan.

Sebab, pada Juni, terjadi penurunan tenaga kerja setelah lima bulan berturut-turut mengalami peningkatan. Bahkan, di saat yang bersamaan, jumlah pekerjaan yang dikerjakan pun sedikit menurun.



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×