kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Aktivitas manufaktur di China kembali mengalami kontraksi pada Oktober 2021


Minggu, 31 Oktober 2021 / 15:30 WIB
Aktivitas manufaktur di China kembali mengalami kontraksi pada Oktober 2021
ILUSTRASI. Aktivitas pabrik di China kembali mengalami kontraksi


Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID -  BEIJING. Aktivitas manufaktur di China kembali mengalami kontraksi pada bulan Oktober 2021. Ini merupakan kontraksi bulan kedua berturut-turut. Kontraksi ini disebabkan krisis energi dan juga karena lonjakan harga komoditas yang terus membebani kinerja pabrik. 

Berdasarkan data Biro Statistik Nasional, indeks manajer pembelian manufaktur (PMI) China turun ke level 49,2 pada Oktober dari 49,6. Padahal, rata-rata proyeksi ekonom yang disurvei Bloomberg sebelumnya ada di level 49,7.

Indeks di bawah 50 menunjukkan terjadi kontraksi pada produksi pabrik. Sedangkan indeks manajer pembelian non manufaktur yang mengukur aktivitas di sektor konstruksi dan jasa melemah ke level 52,4% dari 53,4% pada September dan di bawah perkiraan konsensusnya sebesar 53%. 

Zhao Qinghe Ahli Statistik Senior Biro Statistik Nasional China mengatakan, penurunan PMI di bulan Oktober disebabkan pasokan listrik yang masih terbatas dan harga beberapa komoditas mengalami kenaikan ke level yang tinggi. 

Baca Juga: Sempat Tertunda, Produsen Sarung Tangan Terbesar di Dunia Ini Kembali Menyiapkan IPO

"Baik permintaan manufaktur dan produksi melemah. Bisnis yang lebih kecil, yang sebagian besar berada di sektir hilir menghadapi tekanan yang lebih berat karena sudah enam bulan berturut-turut sub-indeksnya masih tetap di bawah 50." kata Zhao dikutip Bloomberg, Minggu (31/10).

Krisis listrik yang dimulai sejak September masih berlanjut hingga Oktober walaupun sudah ada tanda-tanda mereda karena pemerintah meluncurkan sejumlah langkah untuk mengatasi krisis tersebut. 

Selain itu, belanja konsumen tetap lemah karena wabah Covid-19 lebih sering berkobar dan produsen berjuang melawan harga yang lebih tinggi karena biaya komoditas melonjak.

Zhao bilang, konsumen pada umumnya masih memilih untuk menghabiskan hari libur nasional selama tujuh hari di rumah atau di tempat terdekat karena virus dan faktor cuaca. Akibatnya, laju industri transportasi lebih lambat dari tahun-tahun sebelumnya, sementara industri konstruksi tetap stabil.

Baca Juga: Merek mobil China siap bawa kendaraan listrik ke pasar Indonesia pada 2022



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×