Reporter: Avanty Nurdiana | Editor: Avanty Nurdiana
KONTAN.CO.ID - BEIJING. Aktivitas sektor jasa di dua ekonomi terbesar Asia, China dan Jepang mencatat pertumbuhan signifikan pada Juli 2025. Ini menunjukkan tanda-tanda pemulihan di tengah ketidakpastian global yang masih membayangi.
Di China, Indeks PMI Jasa Umum S&P Global naik menjadi 52,6 pada Juli dari 50,6 di bulan sebelumnya, menandai ekspansi tercepat dalam 14 bulan terakhir. Lonjakan ini didorong permintaan domestik yang kuat serta peningkatan pesanan ekspor baru, terutama dari sektor pariwisata dan perdagangan yang lebih stabil.
Kenaikan ini berbeda dengan survei resmi pemerintah yang mencatat aktivitas jasa justru stagnan di angka 50,0, turun tipis dari 50,1 pada Juni. S&P Global PMI lebih mencerminkan kondisi perusahaan kecil dan eksportir di wilayah pesisir, sementara PMI resmi mencakup perusahaan besar dan milik negara.
Namun, PMI Komposit China (gabungan sektor jasa dan manufaktur) turun menjadi 50,8 dari 51,3, menunjukkan pertumbuhan yang lebih moderat secara keseluruhan. Meskipun ekonomi China tumbuh lebih baik dari perkiraan pada kuartal kedua, kekhawatiran tetap ada di paruh kedua tahun ini. Ini akibat dari lemahnya ekspor, deflasi harga, dan rendahnya kepercayaan konsumen karena krisis properti yang terus berlanjut.
Baca Juga: Pertumbuhan Sektor Jasa Jepang Meningkat di Juli Berkat Permintaan Domestik
Survei dikutip Reuters menunjukkan peningkatan perekrutan tenaga kerja di sektor jasa China, laju tercepat sejak Juli 2024, menyusul peningkatan beban kerja dan kepercayaan bisnis yang membaik. Untuk pertama kalinya dalam enam bulan, penyedia jasa menaikkan harga jual, seiring dengan naiknya biaya bahan baku, bahan bakar, dan gaji.
Kondisi yang sama juga terjadi di Jepang, PMI Jasa S&P Global naik menjadi 53,6 pada Juli dari 51,7 bulan sebelumnya, menjadi ekspansi tercepat sejak Februari. Pertumbuhan ini ditopang kuatnya permintaan domestik yang berhasil mengimbangi penurunan tajam pesanan ekspor dan melemahnya jumlah wisatawan.
Namun, pesanan ekspor baru turun untuk pertama kalinya sejak Desember dan penurunannya menjadi yang tercepat dalam lebih dari tiga tahun. Beberapa pelaku industri menyebut kekhawatiran terkait gempa bumi pada Juli sebagai salah satu faktor utama turunnya jumlah wisatawan asing.
Tingkat ketenagakerjaan di sektor jasa Jepang tetap stagnan untuk pertama kalinya dalam 21 bulan terakhir. Para pelaku usaha mengeluhkan keterbatasan tenaga kerja dan anggaran sebagai penghambat perekrutan. Di sisi lain, tekanan biaya juga mereda inflasi input turun ke level terendah dalam 17 bulan, dan kenaikan harga output tercatat paling lambat dalam sembilan bulan.
PMI Komposit Jepang naik tipis menjadi 51,6 dari 51,5, mencerminkan pertumbuhan aktivitas bisnis secara keseluruhan tertinggi sejak Februari. Namun, pertumbuhan ini sepenuhnya ditopang sektor jasa karena output manufaktur kembali terkontraksi.
"Indikator-indikator ke depan sedikit kurang optimis pada Juli," kata Annabel Fiddes, Associate Director Ekonomi di S&P Global Market Intelligence. Ia menambahkan kesepakatan dagang antara Jepang dan AS yang diumumkan bulan lalu dapat meningkatkan kepercayaan bisnis dan mendorong konsumsi, memberikan dorongan penting bagi sektor manufaktur Jepang.
Baca Juga: Aktivitas Sektor Jasa China Tumbuh Tercepat dalam 14 Bulan pada Juli 2025