Sumber: Reuters | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - TOKYO. Aktivitas sektor jasa Jepang melambat pada Mei 2025 di tengah pelemahan permintaan, menurut survei swasta terbaru, menambah tekanan terhadap sektor manufaktur yang juga masih terkontraksi dan membuat pertumbuhan bisnis secara keseluruhan nyaris stagnan.
Indeks Purchasing Managers’ Index (PMI) jasa dari au Jibun Bank Jepang turun ke 51,0 pada Mei dari 52,4 di April. Meski masih di atas ambang batas ekspansi 50,0, angka ini mengindikasikan pelambatan. Angka final tersebut juga sedikit di atas estimasi awal sebesar 50,8.
Baca Juga: Pesanan Pabrik AS Anjlok 3,7% di April, Sinyal Lesunya Investasi Bisnis
Pertumbuhan bisnis baru di sektor jasa tercatat paling lemah sejak November 2024, sementara pertumbuhan tenaga kerja tercatat terendah sejak Desember 2023.
Meski demikian, optimisme pelaku jasa terhadap prospek bisnis meningkat ke level tertinggi dalam tiga bulan terakhir, setelah menyentuh titik terendah dalam empat tahun di April.
“Ketidakpastian permintaan global, kekurangan tenaga kerja, dan kenaikan biaya masih menjadi sumber kekhawatiran utama,” kata Annabel Fiddes, Economics Associate Director di S&P Global Market Intelligence, penyusun survey, Rabu (4/6).
Inflasi harga input melandai dari rekor tertinggi 26 bulan di April, namun tetap tinggi. Kenaikan biaya energi, transportasi, dan upah mendorong pelaku jasa terus menaikkan harga jual secara stabil.
Baca Juga: Ini Jajaran Miliarder Jepang Tahun 2025, Pemilik Uniqlo Masih Jadi Nomor Satu
Kombinasi pelemahan sektor jasa dan penurunan lanjutan di sektor manufaktur menyebabkan aktivitas sektor swasta secara keseluruhan mendekati stagnasi. PMI komposit Jepang turun ke 50,2 di Mei dari 51,2 di April.
“Lemahnya permintaan mengindikasikan bahwa sektor swasta mungkin akan kesulitan bangkit dalam waktu dekat, dan ini bisa berdampak pada rekrutmen yang lebih hati-hati dalam beberapa bulan ke depan,” tambah Fiddes.