Sumber: Reuters | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID. Aktivitas manufaktur Amerika Serikat (AS) kembali menunjukkan pelemahan.
Pesanan baru untuk barang manufaktur AS turun 3,7% pada April 2025, menjadi sinyal bahwa dorongan sementara dari pembelian sebelum tarif baru mulai memudar.
Baca Juga: Hingga April 2025, Indonesia Masih Catatkan Surplus Dagang dengan Amerika Serikat
Data Biro Sensus AS yang dirilis Selasa (3/6) mencatat kontraksi ini lebih dalam dari proyeksi pasar sebesar 3,1%, dan berbalik arah dari lonjakan 3,4% pada Maret. Secara tahunan, pesanan pabrik masih tumbuh 2,0%.
Pelemahan ini turut menandai kehilangan momentum belanja modal perusahaan di awal kuartal II-2025.
Pemerintah AS mencatat, pesanan barang modal non-pertahanan di luar pesawat, indikator utama belanja modal bisnis turun 1,5%, lebih dalam dari estimasi awal 1,3%.
Efek Tarif Trump Mulai Terasa
Analis menyebut penurunan ini tak lepas dari kebijakan tarif Presiden Donald Trump, yang menekan sektor industri.
Baca Juga: Wall Street Dibuka Bervariasi Selasa (3/6), Pasar Tunggu Arah Negosiasi Dagang AS
Survei Institute for Supply Management (ISM) sehari sebelumnya menunjukkan sektor manufaktur AS mengalami kontraksi selama tiga bulan berturut-turut hingga Mei.
“Dampak awal dari front-loading (pembelian dipercepat sebelum tarif berlaku) sudah habis, dan kini sektor industri kembali dibayangi tekanan struktural seperti kekurangan tenaga kerja,” ujar analis dalam laporan Reuters.
Pesanan Pesawat Jatuh, Mesin Sedikit Pulih
Penurunan paling tajam tercatat pada pesanan pesawat komersial yang anjlok 51,5%, serta alat transportasi yang terkoreksi 17,1%. Segmen otomotif juga melemah 0,7%.
Sementara itu, pesanan untuk komputer dan produk elektronik naik 1,0%, dan mesin naik 0,6%, menjadi titik terang di tengah data yang lesu.
Namun, secara keseluruhan pesanan tanpa alat transportasi tetap turun 0,5%, menyamai penurunan di bulan Maret.
Baca Juga: Proyeksi Terbaru OECD: Ekonomi Global Cuma Akan Tumbuh 2,9%, Ekonomi AS 1,6% di 2025
Risiko ke Depan
Pengiriman barang modal inti (core capital goods shipments), komponen penting dalam perhitungan PDB turun 0,1% dan belum direvisi dari laporan awal.
Ini menjadi pertanda bahwa belanja investasi perusahaan mulai kehilangan tenaga, usai sempat melonjak di kuartal I karena strategi antisipatif terhadap tarif.
Dengan tekanan tarif yang berlanjut dan ketidakpastian ekonomi global, pelaku pasar kini mencermati apakah pelemahan ini akan berlanjut hingga kuartal II atau sekadar jeda sementara.