Sumber: Reuters | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
Upaya berulang kali yang dilakukan China untuk memblokade Second Thomas Shoal, yang terletak kurang dari 200 mil laut dari provinsi Palawan, Filipina, telah menjadikan terumbu karang yang tenggelam tersebut sebagai titik konflik antara Manila dan Beijing.
Pejabat Filipina dan pakar keamanan khawatir Beijing berencana mengambil alih perairan dangkal tersebut.
Tidak hanya itu, China dicemaskan akan memiliterisasi wilayah tersebut seperti yang terjadi di Mischief Reef, yang terletak hanya 25 mil dari perairan dangkal itu.
“Wilayah tersebut merupakan lokasi yang bagus untuk dijadikan pangkalan militer dan China mempunyai dana untuk mengubahnya menjadi pangkalan militer,” kata Jonathan Malaya, pejabat senior di Dewan Keamanan Nasional Filipina.
Dia menambahkan, “Itulah mengapa mereka menginginkannya.”
Baca Juga: China Minta Korea Selatan untuk Tidak Mempolitisasi Masalah Ekonomi
China terus mengerahkan kapal-kapal untuk berpatroli di sana. Tidak hanya itu, Beijing juga telah berulang kali meminta Filipina untuk menarik kapal tersebut berdasarkan apa yang disebutnya sebagai "janji" yang dibuat oleh Manila. Namun Presiden Filipina Ferdinand Marcos Jr membantah adanya perjanjian semacam itu.
"Jika memang ada kesepakatan seperti itu, dia akan membatalkannya," kata Marcos Jr.
Jay Batongbacal, pakar hukum maritim yang berbasis di Manila, mengatakan Second Thomas Shoal tidak hanya dekat dengan Filipina, namun juga dekat dengan jalur komunikasi laut yang melewati jalur Palawan. Ini menjadikannya perpanjangan ideal dari Mischief Reef.
Risiko jika konfrontasi terus berlanjut
Konfrontasi terbaru ini kemungkinan akan semakin memperburuk hubungan antara Filipina dan Beijing. Seperti yang diketahui, hubungan kedua negara yang semakin tegang di bawah pemerintahan Marcos.
Marcos menuduh China melakukan perilaku agresif. Di sisi lain, dia berupaya menjalin hubungan lebih dekat dengan Amerika Serikat.
Namun Justin Baquisal, Analis Keamanan Nasional di FACTS Asia, berpendapat bahwa hal ini tidak akan mempengaruhi bentuk hubungan tingkat tinggi China-Filipina secara keseluruhan.
Baca Juga: China: Filipina Sengaja Menimbulkan Kekacauan di Laut China Selatan
Pasalnya, kebanyakan konflik Laut China Selatan hanya terjadi di tingkat lapangan.
Para pejabat Filipina juga mengatakan bahwa perselisihan di Laut China Selatan bukanlah puncak dari hubungan negara tersebut dengan China, yang merupakan salah satu mitra dagang utama Filipina.
Marcos juga terus melakukan pembicaraan dengan mitranya dari China. Dan di sela-sela pertemuan puncak ekonomi di San Francisco bulan lalu, ia dan Presiden Xi bertemu untuk merumuskan langkah-langkah ke depan di Laut China Selatan.