kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.923.000   4.000   0,21%
  • USD/IDR 16.275   35,00   0,22%
  • IDX 7.199   10,61   0,15%
  • KOMPAS100 1.051   2,03   0,19%
  • LQ45 818   1,46   0,18%
  • ISSI 226   0,79   0,35%
  • IDX30 428   0,31   0,07%
  • IDXHIDIV20 508   3,38   0,67%
  • IDX80 118   0,22   0,19%
  • IDXV30 121   1,20   1,00%
  • IDXQ30 140   0,04   0,03%

Alberto Bombassei: Miliarder dari rem cakram (1)


Selasa, 07 April 2015 / 13:18 WIB
Alberto Bombassei: Miliarder dari rem cakram (1)
ILUSTRASI. PT Yanaprima Hastapersada Tbk (IDX code: YPAS), an Indonesia publicly owned company, manufactures and exportsPolypropylene (PP) and Polyethylene (PE) Woven Bags, CementBags / Paper Bags, Block-bottom Bags, Laminated Cloth,Tarpaulin, Kraft Paper, and many more.


Reporter: Tendi Mahadi | Editor: Tri Adi

Meniti karier dan ditakdirkan menjadi penerus di perusahaan keluarga tak selamanya mudah. Terlebih bila harus ikut berjibaku membesarkan perusahaan di masa awal pembentukannya. Namun proses seperti ini kerap menghasilkan pemimpin sukses, seperti Alberto Bombassei.

Majalah Forbes menghitung nilai harta kekayaan Alberto mencapai hampir US$ 1,7 miliar pada April 2015 ini. Harta yang berlimpah membuat pria berusia 74 tahun ini menduduki peringkat ke-29 sebagai orang terkaya di Italia.

Sebelum menuai kesuksesan, Bombassei melewati masa muda yang penuh rintangan. Ia bukan berasal dari keluarga kaya ataupun kalangan bangsawan. Bombassei terlahir dari keluarga kelas buruh di Vicensa, Italia di tahun 1940. Ketika menginjak usia 20 tahun, Bombassei muda mengikuti ayahnya, Emilio, bermigrasi ke Bergamo. Tak berselang lama, duet ayah anak ini memulai sebuah bisnis kecil dengan membuka bengkel mekanik di wilayah kaki pegunungan Alpen.

Mengusung nama Brembo, keluarga Bombassei fokus menggarap bisnis rem cakram. Nama Brembo sendiri diambil dari nama sungai yang mengalir di kawasan tersebut.

Ternyata, bisnis rem cakram membawa peruntungan bagi Bombassei. Dari sebuah bengkel kecil yang didirikan pada 1961, kini Brembo menjelma menjadi penguasa pasar rem cakram.

Kelak, Bombassei didapuk menjadi pemimpin nomor satu Brembo. Ikut dalam pembentukan perusahaan membuat Bombassei banyak terlibat dan paham tentang seluk beluk perusahaan..

Kini, Brembo sudah identik dengan rem cakram premium yang menempel di kendaraan. Sebut saja beberapa produsen mobil mewah seperti Ferrari, Corvett, Aston Martin, Bugatti, Daimler, Lamborghini sampai Porche menggunakan rem cakram buatan Bombassei. Tak ingin kalah, pembuat sepeda motor mahal seperti Harley Davidson juga kepincut dengan rem cakram Brembo.

Meski kawasan Eropa ditempa kelesuan ekonomi sejak beberapa tahun terakhir, Bombassei berhasil mengerek kinerja keuangan Brembo. Ambil contoh, di tahun 2010 silam, pendapatan Brembo tembus € 1 miliar. Di tahun berikutnya, Brembo berhasil mengantongi pendapatan hingga € 1,25 miliar.

Pertumbuhan pendapatan Brembo terus berlanjut hingga akhir tahun lalu. Pada 2012, Brembo mengumpulkan pendapatan € 1,38 miliar. Lalu per Desember 2014, Brembo mencatat kenaikan pendapatan sebesar 15,1% dari tahun 2013 menjadi € 1,8 miliar. Jika ditotal, dalam lima tahun terakhir, pendapatan Brembo berhasil tumbuh 80%.

Pasar utama Brembo adalah kawasan Amerika Utara. Tercatat, lebih dari seperempat penjualan Brembo di tahun lalu bersumber dari Kanada, Amerika Serikat dan Mexico. Sosoknya yang mudah bergaul membuat Bombassei bisa melunakkan Enzo Ferrari untuk menggunakan rem cakram miliknya di kejuaraan F1.

Hampir semua pembalap di ajang balap mobil tercepat sejagat itu menggunakan rem buatan Brembo. Pun ajang balap lain seperti Indicar, WRC, Moto GP hingga World Superbike. Penjualan rem cakram ke segmen balap ini menyumbang lebih dari 7% terhadap total penjualan mereka. Kendati porsinya masih kecil, strategi pemasaran di ajang balapan cukup efektif untuk mendongkrak penjualan

Selain jago menjual, Bombassei juga dikenal sebagai pemimpin yang gemar untuk memperbarui teknologi. Menurutnya riset dan inovasi merupakan modal utama supaya perusahaan terus tumbuh. Tak heran jika jumlah karyawan di divisi riset cukup banyak.         

(Bersambung)




TERBARU
Kontan Academy
AYDA dan Penerapannya, Ketika Debitor Dinyatakan Pailit berdasarkan UU. Kepailitan No.37/2004 Banking Your Bank

[X]
×