CLOSE [X]
kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.470.000   4.000   0,27%
  • USD/IDR 15.946   -52,00   -0,33%
  • IDX 7.161   -53,30   -0,74%
  • KOMPAS100 1.094   -8,21   -0,74%
  • LQ45 872   -4,01   -0,46%
  • ISSI 216   -1,82   -0,84%
  • IDX30 446   -1,75   -0,39%
  • IDXHIDIV20 540   0,36   0,07%
  • IDX80 126   -0,84   -0,67%
  • IDXV30 136   0,20   0,15%
  • IDXQ30 149   -0,29   -0,20%

Aliansi penghentian pemakaian batubara makin kuat


Minggu, 19 November 2017 / 11:08 WIB
Aliansi penghentian pemakaian batubara makin kuat


Reporter: Khomarul Hidayat | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - BONN. Boleh jadi para produsen batubara mulai ketar-ketir. Sebab, makin banyak negara yang lantang menyuarakan penghentian pemakaian batubara untuk pembangkit listrik.

Paling baru, sedikitnya 15 negara telah bergabung dengan aliansi internasional bertajuk Powering Past Coal Alliance untuk menghapuskan penggunaan batubara pada pembangkit listrik sebelum 2030. Seorang delegasi dalam perundingan iklim Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) seperti dikutip Reuters mengatakan,  Inggris, Kanada, Denmark, Finlandia, Italia, Prancis, Belanda, Portugal, Belgia, Swiss, Selandia Baru, Ethiopia, Meksiko dan Kepulauan Marshall bergabung dengan aliansi Powering Past Coal Alliance tersebut.

Aliansi tersebut menargetkan sebanyak 50 negara akan bergabung sebelum pertemuan puncak konferensi iklim PBB tahun 2018 mendatang di Katowice Polandia. Katowice meruapakan salah satu kota dengan tingkat polusi tinggi di Eropa.

Meski sudah merangkul 15 negara, namun beberapa pengguna batubara terbesar di dunia, seperti China, Amerika Serikat, Jerman dan Rusia, belum bergabung dalam aliansi tersebut.

Pembentukan aliansi Powering Past Coal muncul hanya beberapa hari setelah pejabat Pemerintah Amerika Serikat bersama dengan perwakilan perusahaan energi terlibat dalam pembicaraan untuk mempromosikan penggunaan bahan bakar fosil dan tenaga nuklir.

Pertemuan itu memicu demonstrasi damai dari para demonstran anti-batubara. Mereka menyerukan untuk mengimplementasikan Kesepakatan Iklim Paris 2015 yang bertujuan untuk mengurangi penggunaan bahan bakar fosil dalam kegiatan ekonomi.

Aliansi tersebut awalnya digagas Inggris, Kanada dan Kepulauan Marshall. Tiga negara tersebut kemudian mendesak negara-negara lain untuk bergabung dalam aliansi Powering Past Coal. "Ini adalah teguran keras untuk Presiden Donald Trump dari Inggris dan Kanada, dua sekutu terdekat AS. Tujuannya agar obsesi Trump terhadap energi kotor tidak akan menyebar," kata Mohamed Adow, pemimpin iklim internasional di Christian Aid.

Sejak menandatangani Perjanjian Iklim Paris pada tahun 2015,  beberapa negara telah membuat rencana nasional untuk menghapuskan batubara dari campuran pembangkit listrik mereka. Negeri Paman Sam yang sudah meneken perjanjian iklim tersebut, belakangan menyatakan menarik diri.

Catatan saja, awal Juni 2017 lalu, Trump menyatakan mundur dari Perjanjian Iklim Paris 2015. Trump menganggap perjanjian ini akan mengganggu pertumbuhan ekonomi AS, lapangan kerja, melemahkan kedaulatan dan memposisikan AS bisa dimanfaatkan oleh negara lain. 

Perjanjian Paris mengikat 187 negara dan bertujuan menjaga agar temperatur bumi tidak naik lebih dari 2 derajat celcius dan berupaya membatasi pada 1,5 derajat celcius.



TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×