kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45897,59   -29,14   -3.14%
  • EMAS1.327.000 1,30%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Strategi Alibaba integrasikan toko online&offline


Selasa, 10 Januari 2017 / 14:45 WIB
Strategi Alibaba integrasikan toko online&offline


Sumber: Reuters | Editor: Rizki Caturini

HONG KONG. Memasuki tahun 2017 Alibaba Group Holding Ltd menjalankan strategi pengembangan usaha. Raksasa e-commerce asal China ini berencana memprivatisasi Intime Retail Group Co Ltd lewat kongsi dengan pendiri pengelola mall dan departement store di China ini. Nilai aksi korporasi ini sekitar US$ 2,6 miliar. 

Lewat Alibaba Investment Ltd dan Shen Guojun, pendiri Intime, privatisasi ditawarkan di harga HK$ 10 atau US$ 1,29 per saham Intime. Angka tersebut di atas harga penutupan saham Intime ketika diperdagangkan pada 28 Desember 2016. 

Pada 2014 silam, Alibaba berinvestasi sebesar US$ 692,25 juta di Intime dan sekarang menguasai 27,82% saham. Sementara Shen mengempit 9,17% saham Intime. Kongsi kedua pihak ini nantinya akan membeli seluruh sisa saham Intime menggunakan dana internal perusahaan dan sebagian lagi dari pinjaman eksternal.  

Tawaran privatisasi ini muncul sebagai strategi pemerintah China untuk menggabungkan bisnis toko online dan toko offline dengan memanfaatkan teknologi modern. Strategi ini dianggap bisa menjadi penggerak ekonomi di tengah perlambatan ekonomi di negara dengan ekonomi terbesar kedua di dunia ini. 

Perlambatan konsumsi tercermin dari volume transaksi Alibaba yang menurun di beberapa kuartal terakhir. Kondisi ini membuat pelaku e-commerce ini harus berekspansi mencari ceruk pasar lainnya. 

Dua tahun lalu Alibaba berinvestasi sebesar US$ 4,6 miliar dengan menguasai 19,99% saham Suning Commerce Group Co Ltd. Perusahaan ini adalah peritel peralatan eletronik terbesar di China. Itu langkah terbesar Alibaba dalam rangka mengintegrasikan bisnis belanja online dan offline. "Alibaba sedang mencari cara untuk memanfaatkan teknologi itu," ujar Ben Cavender analis ritel China Market Research Group. 

Intime saat ini mengoperasikan 29 department stores dan 17 mall atawa pusat perbelanjaan di China. Nantinya, Alibaba akan hadir disetiap mall tersebut secara fisik sebagai tempat para konsumen berbelanja online. Sementara Intime bisa memanfaatkan database pelanggan yang dimiliki Alibaba untuk berpromosi atau mendapatkan survei pelanggan untuk produk-produk mereka. 

"Kami tidak membedakan ekonomi nyata dan virtual. Namun mereka yang masih berpegang pada cara-cara lama dalam berbisnis ritel akan kesulitan di era teknologi seperti sekarang," ujar Daniel Zhang, CEO Alibaba Group.   
        




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×