Reporter: Yuwono Triatmodjo | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - WASHINGTON. Aksi proteksionisme terus dikumandangkan Amerika Serikat (AS) guna melindungi industri dalam negeri. Kali ini, AS menabuh perang atas serbuan baja impor, utamanya baja dari China, dengan menerapkan tarif bea masuk tinggi atas impor baja dan aluminium.
Rencana tersebut muncul setelah Menteri Perdagangan Amerika Serikat Wilbur Ross merekomendasikan pengenaan bea masuk atas impor baja dan aluminium. Departemen Perdagangan AS mengusulkan pengenaan bea masuk sebesar 53% terhadap impor baja ke AS dari 12 negara.
Ke-12 negara itu terdiri dari Brasil, China, Kosta Rika, Mesir, India, Malaysia, Korea Selatan, Rusia, Afrika Selatan, Thailand, Turki dan Vietnam.
Sedangkan untuk impor aluminium, Departemen Perdagangan AS mengusulkan tarif bea masuk impor sebesar 23,6% dari sejumlah negara. Utamanya baja impor buatan China, Rusia, Venezuela, Vietnam dan Hong Kong.
Rekomendasi tersebut disambut sorak sorai produsen baja dan aluminium dalam negeri AS. Kepada Presiden AS Donald Trump, para pengusaha baja dan aluminium mengeluhkan, telah diperlakukan secara tidak adil oleh produsen baja asal China yang mendapat bantuan subsidi dari Pemerintah China.
Akibat hal tersebut, produk logam asal China selama ini bisa menembus pasar AS dengan harga yang lebih rendah dari harga pasar dalam negeri. Namun, kata Ross, kebijakan bea masuk itu bisa saja dikecualikan terhadap beberapa negara sekutu AS, seperti Jepang, Jerman dan Kanada.
Yasuji Komiyama, Direktur Divisi Logam Kementerian Ekonomi, Perdagangan dan Industri Jepang menyatakan bahwa baja dan aluminium asal negaranya bukan merupakan ancaman bagi pasar produk baja made in AS. Namun, kemungkinan terburuk bisa saja terjadi. "Jika usulan tersebut dibuat menjadi peraturan, maka akan sulit bagi industri untuk menampik dampaknya," tutur seorang pejabat di Kobe Steel Ltd, seperti dikutip Bloomberg.
China balik mengancam
Namun, China langsung menentang rencana itu dan memberikan peringatan dini atas usulan bea masuk impor baja dan aluminium ala Amerika. "Jika keputusannya dapat mempengaruhi kepentingan China, China pasti akan mengambil tindakan yang diperlukan untuk melindungi haknya," jelas Wang Hejun, pejabat di Kementerian Perdagangan China.
Dalam beberapa tahun terakhir, China memang menghadapi kelebihan kapasitas produksi baja, sehingga mampu menjual dengan harga rendah dari para pesaingnya. Demikian juga dengan produksi aluminium asal China yang terus meningkat sehingga ekspor aluminium China terus berkembang pesat.
Yang terang, harga sejumlah saham pabrikan logam AS meningkat seiring rencana itu. Harga saham Nucor Corporation, produsen baja terbesar di AS, meningkat 6% pada akhir perdagangan pekan lalu. Demikian juga dengan saham Century yang melesat hingga 11% dan saham Alcoa naik 5,5%.