Sumber: Reuters | Editor: Rizki Caturini
KONTAN.CO.ID - Beberapa pelaku industri tenaga surya Amerika Serikat (AS) menghadiri sidang dengar pendapat (panel) pemerintah di Washington. Pelaku industri tersebut dijadikan saksi atas kasus penetapan harga murah bagi panel surya impor.
Kasus perdagangan ini mencuat ketika produsen panel surya bernama Suniva mengadukan ke Komisi Perdagangan Internasional (ITC) pada April 2017 terkait adanya penetapan harga murah bagi panel surya impor. Ini telah menciptakan kegaduhan antar produsen di AS yang tengah berjuang untuk mengembangkan proyek listrik tenaga surya.
Suniva mengajukan petisi untuk menyoal soal tarif ini, sembilan hari setelah perusahaan tersebut mengajukan proteksi dari kebangkrutan. Suniva, yang mayoritas sahamnya dimiliki oleh Shunfeng International Clean Energy yang berbasis di Hong Kong ini, sejak tahun 2015 membuat panel di Georgia dan Michigan.
Manajemen Suniva berpendapat bahwa berlimpahnya panel impor telah menekan harga dan membuat produsen AS sulit untuk bersaing. Petisi tersebut didukung pula oleh perusahaan panel surya asal Jerman SolarWorld AG yang berbasis di Oregon, AS.
Sebagian besar industri, termasuk kelompok perdagangan Asosiasi Energi Matahari (Solar Energy Industries Association trade group/SEIA), mengatakan, harga panel di luar negeri akan mempengaruhi tarif tenaga surya. Saat ini tarif tenaga surya sudah kompetitif dengan listrik yang dihasilkan oleh bahan bakar fosil seperti gas alam dan batubara.
SEIA mengorganisir 200 pekerja tenaga surya untuk menghadiri panel tersebut dengan mengenakan kaos kuning cerah dan pin yang bertuliskan "Save America's Solar Jobs No New Solar Tariffs."
Pada sidang tersebut, Chief Executive SolarWorld Americas, Juergen Stein memberi kesaksian bahwa berlimpahnya pasokan panel buatan China yang lebih murah telah menekan industri panel surya AS. Persaingan yang ketat tesebut membuat produsen AS tercatat telah memecat sekitar 360 pekerja bulan lalu. "Pemotongan hubungan kerja ini seharusnya tidak terjadi di industri yang permintaan sedang tinggi," kata Stein.