Reporter: Tendi Mahadi | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - WASHINGTON. Jelang pertemuan antara Presiden Amerika Serikat Donald Trump dan Presiden China Xi Jinping, hubungan kedua negara malah semakin tegang. Hal ini setelah investigasi yang dilakukan Washington terkait langkah China untuk memperbaiki hubungan dagang. China disebut gagal memperbaiki praktik tidak adil yang menyebabkan konflik perdagangan kedua negara.
Penemuan tersebut diterbitkan dalam pembaruan penyelidikan 'Seksi 301' oleh perwakilan perdagangan AS terhadap kebijakan kekayaan intelektual dan transfer teknologi oleh China. Kebijakan tersebut memicu kenaikan tarif AS senilai US$ 50 miliar atas barang China yang kemudian menggelembung menjadi US$ 250 miliar.
“Kami menyelesaikan pembaruan ini sebagai bagian dari upaya pemantauan dan pengamatan terhadap penegakan administrasi,” ujar Perwakilan Perdagangan AS Robert Lighthizer seperti dikutip Reuters, Kamis (21/11).
Lighthizer menyebut hasil dari pembaruan ini menunjukkan bahwa China secara mendasar tak mengubah praktik perdagangan yang tidak adil, tidak masuk akal, dan mendistorsi pasar yang menjadi subjek laporan pada Maret 2018 tentang penyelidikan Seksi 301.
Dalam update investasi tersebut, perwakilan perdagangan AS menyebut telah menemukan bahwa China tidak menanggapi laporan Seksi 301 secara konstruktif. Selain itu China juga gagal mengambil tindakan substantif untuk mengatasi kekhawatiran Amerika Serikat. Ia juga menambahkan China telah menjelaskan bahwa negara tersebut tak akan mengubah kebijakannya.
Bahkan lembaga tersebut menyebut China akan melanjutkan kebijakan serta praktik yang selama ini dijalankan dalam melakukan dan mendukung pencurian properti intelektual AS. Hal ini dilakukan menggunakan teknologi cyber sembali terus memberlakukan pembatasan lisensi teknologi yang diskriminatif.
Pembaruan laporan tersebut juga mengatakan bahwa meskipun ada relaksasi terhadap beberapa pembatasan atas kepemilikan asing, namun pemerintah China tetap bertahan untuk melakukan pembatasan investasi asing. Dengan begitu, mereka bisa menekan transfer teknologi dari perusahaan AS ke entitas China.
Juru bicara Departemen Luar Negeri Geng Shuang mengatakan pemerintah negaranya telah menawarkan tanggapan rinci terhadap keluhan AS secara resmi pada bulan September lalu. Ia meminta pemerintah AS untuk mempelajari tanggapan tersebut secara mendetail.
Menurut Geng, inti dari hubungan antara China dan AS adalah perdagangan dan kerjasama ekonomi yang saling menguntungkan. "Adanya gesekan dalam hubungan ekonomi dan perdagangan adalah hal yang normal. Hal yang penting adalah melakukan dialog dan konsultasi atas dasar saling menghormati, kesetaraan, dan ketulusan, ” kata Geng.
Laporan tersebut muncul ketika kantor administrasi Trump dan para pejabat tinggi China sedang mendiskusikan kemungkinan jalan keluar dari perang dagang yang tengah terjadi. Serta merundingkan rincian pertemuan antara kedua presiden di sela-sela pertemuan G20 di Buenos Aires pada akhir November.
Namun, retorika perdagangan sengit antara pemerintah dua kekuatan ekonomi terbesar di dunia ini telah meningkat dalam beberapa hari terakhir bahkan ikut dirasakan dalam KTT Kerjasama Ekonomi Asia-Pasifik (APEC) akhir pekan lalu.
Wakil Presiden AS Mike Pence sebelumnya mengatakan bahwa Amerika Serikat tidak akan mundur dari sengketa perdagangan dengan China. Bahkan potensi adanya peningkatan tarif justru terbuka. Kecuali Beijing tunduk pada tuntutan negaranya.