Sumber: Reuters | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
Seperti kebanyakan dari 20 orang yang diwawancarai oleh Reuters, mereka berbicara dengan syarat anonim karena sensitivitas masalah tersebut.
Kementerian pertahanan Ukraina, Italia, Spanyol, dan Ceko tidak menanggapi permintaan komentar.
Delhi dan Washington, pendukung keamanan utama Ukraina, baru-baru ini memperkuat kerja sama pertahanan dan diplomatik dengan latar belakang kebangkitan China, yang keduanya dianggap sebagai saingan utama mereka.
India juga memiliki hubungan hangat dengan Rusia, pemasok senjata utamanya selama beberapa decade. Dan Perdana Menteri Narendra Modi telah menolak untuk bergabung dengan rezim sanksi yang dipimpin Barat terhadap Moskow.
Namun, berdasarkan penuturan enam sumber India yang mengetahui hal ini, Delhi, yang telah lama menjadi importir senjata terbesar di dunia, juga melihat perang yang berlangsung lama di Eropa sebagai peluang untuk mengembangkan sektor ekspor senjata yang baru lahir.
Ukraina, yang sedang berjuang untuk menahan serangan Rusia terhadap pusat logistik timur Pokrovsk, mengalami kekurangan amunisi artileri yang parah.
Baca Juga: AS: Tantangan yang Dipicu China Melampaui Tantangan Saat Perang Dingin
Gedung Putih menolak berkomentar dan Departemen Luar Negeri AS merujuk pertanyaan tentang ekspor senjata Delhi ke pemerintah India.
India mengekspor senjata senilai lebih dari US$ 3 miliar antara tahun 2018 dan 2023, menurut data yang dikumpulkan oleh lembaga pemikir Stockholm International Peace Research Institute.
Menteri Pertahanan India Rajnath Singh mengatakan pada konferensi 30 Agustus bahwa ekspor pertahanan melampaui US$ 2,5 miliar pada tahun fiskal lalu dan bahwa Delhi ingin meningkatkannya menjadi sekitar US$ 6 miliar pada tahun 2029.
Arzan Tarapore, seorang pakar pertahanan India di Universitas Stanford, mengatakan bahwa dorongan Delhi untuk memperluas ekspor senjatanya merupakan faktor utama dalam pengalihan senjatanya ke Ukraina.