kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.443.000   13.000   0,91%
  • USD/IDR 15.155   87,00   0,57%
  • IDX 7.775   -130,00   -1,64%
  • KOMPAS100 1.198   -9,36   -0,78%
  • LQ45 977   -2,97   -0,30%
  • ISSI 227   -2,23   -0,97%
  • IDX30 499   -1,23   -0,25%
  • IDXHIDIV20 603   1,16   0,19%
  • IDX80 137   -0,48   -0,35%
  • IDXV30 141   0,33   0,23%
  • IDXQ30 167   0,23   0,14%

Amunisi dari India Masuk Ukraina, Pancing Kemarahan Rusia


Jumat, 20 September 2024 / 08:19 WIB
Amunisi dari India Masuk Ukraina, Pancing Kemarahan Rusia
ILUSTRASI. Peluru artileri yang dijual oleh produsen senjata India telah dialihkan oleh pelanggan Eropa ke Ukraina.


Sumber: Reuters | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

KONTAN.CO.ID - NEW DELHI. Peluru artileri yang dijual oleh produsen senjata India telah dialihkan oleh pelanggan Eropa ke Ukraina. 

Halitu diketahui menurut penuturan 11 pejabat pemerintah dan industri pertahanan India dan Eropa, serta analisis Reuters terhadap data bea cukai yang tersedia secara komersial.

Hingga saat ini New Delhi belum melakukan intervensi untuk menghentikan perdagangan meskipun ada protes dari Moskow.

Melansir Reuters yang mengutip sumber anonim dan data bea cukai, pengalihan amunisi untuk mendukung pertahanan Ukraina terhadap Rusia telah berlangsung selama lebih dari setahun. 

Peraturan ekspor senjata India membatasi penggunaan persenjataan kepada pembeli yang dinyatakan, yang berisiko penjualan di masa mendatang dihentikan jika terjadi pengalihan yang tidak sah.

Menurut tiga pejabat India, Kremlin telah mengangkat masalah tersebut setidaknya pada dua kesempatan, termasuk selama pertemuan bulan Juli antara Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov dan mitranya dari India.

Rincian pengalihan amunisi dilaporkan oleh Reuters untuk pertama kalinya.

Baca Juga: Peringatan Sekutu Putin: Rudal Rusia Hanya Butuh 3 Menit 20 Detik untuk Serang Eropa

Setelah publikasi laporan ini, kementerian luar negeri India menggambarkannya sebagai "spekulatif dan menyesatkan".

"Hal itu menyiratkan pelanggaran oleh India yang sebenarnya tidak ada dan, karenanya, tidak akurat dan tidak masuk akal," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri India Randhir Jaiswal pada hari Kamis.

Jaiswal menambahkan, "India telah melaksanakan ekspor pertahanannya dengan mempertimbangkan kewajiban internasionalnya terkait nonproliferasi dan berdasarkan kerangka hukum dan peraturan yang kuat, yang mencakup penilaian holistik atas kriteria yang relevan, termasuk kewajiban dan sertifikasi pengguna akhir." 

Kementerian luar negeri dan pertahanan Rusia serta kementerian pertahanan India tidak menanggapi pertanyaan yang diajukan Reuters. 

Pada bulan Januari, Jaiswal mengatakan dalam sebuah konferensi pers bahwa India tidak mengirim atau menjual peluru artileri ke Ukraina.

Dua sumber pemerintah India dan dua sumber industri pertahanan mengatakan kepada Reuters bahwa Delhi hanya memproduksi sejumlah kecil amunisi yang digunakan oleh Ukraina, dengan seorang pejabat memperkirakan bahwa jumlahnya di bawah 1% dari total senjata yang diimpor oleh Kyiv sejak perang. 

Kantor berita tersebut tidak dapat memastikan apakah amunisi tersebut dijual kembali atau disumbangkan oleh pelanggan Eropa kepada Kyiv.

Menurut seorang pejabat senior Spanyol dan India, di antara negara-negara Eropa yang mengirim amunisi India ke Ukraina adalah Italia dan Republik Ceko, yang memimpin inisiatif untuk memasok Kyiv dengan peluru artileri dari luar Uni Eropa. 

Baca Juga: India Naikkan Pajak Impor CPO Menjadi 27,5%

Pejabat India mengatakan bahwa Delhi sedang memantau situasi tersebut. Namun, bersama dengan seorang eksekutif industri pertahanan yang memiliki pengetahuan langsung tentang transfer tersebut, ia mengatakan India belum mengambil tindakan apa pun untuk membatasi pasokan ke Eropa. 

Seperti kebanyakan dari 20 orang yang diwawancarai oleh Reuters, mereka berbicara dengan syarat anonim karena sensitivitas masalah tersebut.

Kementerian pertahanan Ukraina, Italia, Spanyol, dan Ceko tidak menanggapi permintaan komentar.

Delhi dan Washington, pendukung keamanan utama Ukraina, baru-baru ini memperkuat kerja sama pertahanan dan diplomatik dengan latar belakang kebangkitan China, yang keduanya dianggap sebagai saingan utama mereka.

India juga memiliki hubungan hangat dengan Rusia, pemasok senjata utamanya selama beberapa decade. Dan Perdana Menteri Narendra Modi telah menolak untuk bergabung dengan rezim sanksi yang dipimpin Barat terhadap Moskow.

Namun, berdasarkan penuturan enam sumber India yang mengetahui hal ini, Delhi, yang telah lama menjadi importir senjata terbesar di dunia, juga melihat perang yang berlangsung lama di Eropa sebagai peluang untuk mengembangkan sektor ekspor senjata yang baru lahir.

Ukraina, yang sedang berjuang untuk menahan serangan Rusia terhadap pusat logistik timur Pokrovsk, mengalami kekurangan amunisi artileri yang parah.

Baca Juga: AS: Tantangan yang Dipicu China Melampaui Tantangan Saat Perang Dingin

Gedung Putih menolak berkomentar dan Departemen Luar Negeri AS merujuk pertanyaan tentang ekspor senjata Delhi ke pemerintah India.

India mengekspor senjata senilai lebih dari US$ 3 miliar antara tahun 2018 dan 2023, menurut data yang dikumpulkan oleh lembaga pemikir Stockholm International Peace Research Institute.

Menteri Pertahanan India Rajnath Singh mengatakan pada konferensi 30 Agustus bahwa ekspor pertahanan melampaui US$ 2,5 miliar pada tahun fiskal lalu dan bahwa Delhi ingin meningkatkannya menjadi sekitar US$ 6 miliar pada tahun 2029.

Arzan Tarapore, seorang pakar pertahanan India di Universitas Stanford, mengatakan bahwa dorongan Delhi untuk memperluas ekspor senjatanya merupakan faktor utama dalam pengalihan senjatanya ke Ukraina.

Selanjutnya: Update Suku Bunga Deposito Bank Danamon Hari Ini (20 September 2024)

Menarik Dibaca: Katalog Promo JSM Alfamart Hanya 3 Hari Periode 20-22 September 2024




TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Distribution Planning (SCMDP) Supply Chain Management Principles (SCMP)

[X]
×