Reporter: Barratut Taqiyyah Rafie | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
Oposisi Domestik Menghadang
Sayangnya, Lai masih harus mendapatkan persetujuan anggaran tambahan ini dari parlemen Taiwan. Parlemen dikendalikan oleh partai oposisi Kuomintang (KMT), yang secara historis lebih dekat ke Beijing, bersekutu dengan partai ketiga, Taiwan People’s Party.
Menurut BBC, isu pertahanan telah "menjadi subjek yang memecah belah." Para lawan Lai menuduhnya menggunakan ketakutan akan invasi China untuk menopang dukungannya dan mendesak lebih banyak diplomasi dengan Beijing.
Politisi KMT, Hsu Chiao-hsin, menyebut rencana anggaran itu "astronomis" dan mempertanyakan apakah itu akan mengubah Taiwan menjadi negara dalam status perang. Sementara itu, pemimpin baru KMT, Cheng Li-wun, menuduh Lai bermain api.
Bahkan beberapa analis militer Taiwan mengkritik rencana tersebut, menyebutnya tidak praktis dan tidak memadai untuk melawan daya tembak China yang superior.
China merespons dengan agresi yang dapat diprediksi; Kementerian Luar Negerinya mengatakan Taiwan "tidak akan pernah berhasil" dalam upayanya melawan reunifikasi.
Tonton: China Ketar-Ketir Jepang Pasang Sistem Rudal di Dekat Taiwan
Kesimpulan
- Rencana Pertahanan Asimetris: Taiwan berencana menginvestasikan $40 miliar (Rp 640 T) untuk membangun sistem pertahanan udara "T-Dome" (mirip Iron Dome Israel), AI, dan drone sebagai respons terhadap peningkatan agresi China.
- Ancaman Waktu: Peningkatan anggaran ini didorong oleh kekhawatiran serangan China pada tahun 2027 dan ancaman Presiden Lai bahwa menyerah adalah ancaman terbesar Taiwan.
- Tantangan Politik Domestik: Rencana ambisius ini menghadapi hambatan besar di dalam negeri. Parlemen yang dikuasai oposisi (KMT) menentang anggaran yang dianggap "astronomis" dan lebih memilih pendekatan diplomatik dengan Beijing.













