Reporter: Barratut Taqiyyah Rafie | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
Meskipun bukan pertama kalinya Angkatan Laut melakukan operasi dual-strike group di Pasifik, manuver ini bukan tanpa tantangan teknis dan strategis. Namun, serangan multi-carrier berhasil berkat jaringan yang rumit, komando terkontrol dan upaya konflik udara.
Di sisi lain, latihan ini juga memberikan keuntungan besar untuk opsi serangan maritim dengan melipatgandakan daya tembak, potensi pengawasan dan kemampuan senjata.
Operasi ini juga dinilai mampu memperluas kemampuan Angkatan Laut untuk menyerang target darat ke tingkat yang lebih besar, memperpanjang waktu tinggal pencarian target dan memungkinkan serangan multi-platform terkoordinasi. Tak hanya itu, operasi ini juga bisa meningkatkan serangan rudal perusak dan penjelajah yang diluncurkan.
Baca Juga: Mengapa RI tolak mentah-mentah ajakan berunding China soal Laut China Selatan?
Setiap Carrier Strike Group AS terdiri dari kapal induk, kapal penjelajah, dan dua kapal perusak, membawa kombinasi besar dan terintegrasi dari aset yang diluncurkan melalui laut.
Sementara itu, Japan Times melaporkan, untuk pertama kalinya sejak 2017, Angkatan Laut AS telah menempatkan tiga kapal induknya di pintu masuk Laut China Selatan yang disengketakan.
Baca Juga: AS kirim 3 kapal induk hadapi China, RI siagakan 3 kapal perang di Laut China Selatan
Analis menilai, pengiriman pasukan ke Pasifik Barat melalui tiga kapal perang itu kemungkinan dimaksudkan untuk mengirim pesan ke China bahwa, meskipun pandemi virus corona sedang berlangsung, militer Amerika Serikat akan terus mempertahankan kehadiran yang kuat di wilayah tersebut.