Sumber: Reuters | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - LONDON. Harga minyak anjlok lebih dari 4% ke level terendah hampir dua minggu pada hari Selasa karena prospek permintaan yang melemah dan setelah laporan media mengatakan Israel bersedia tidak menyerang target minyak Iran, meredakan kekhawatiran gangguan pasokan.
Selasa (15/10), harga minyak berjangka jenis Brent untuk kontrak pengiriman Desember 2024 turun US$ 3,51, atau 4,5% ke US$ 73,95 per barel, terendah sejak 2 Oktober.
Sejalan, harga minyak mentah berjangka jenis West Texas Intermediate (WTI) untuk kontrak pengiriman November 2025 melemah US$ 3,48 atau 4,7% ke US$ 70,35 per barel.
Kedua patokan minyak itu ditutup melemah 2% pada hari Senin. Harga minyak turun sekitar US$ 5 per barel sejauh minggu ini, hampir menghapus keuntungan kumulatif yang diperoleh setelah investor khawatir Israel dapat menyerang fasilitas minyak Iran sebagai balasan atas serangan rudal Iran pada 1 Oktober.
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan kepada AS bahwa Israel bersedia menyerang target militer Iran dan bukan target nuklir atau minyak, Washington Post melaporkan pada Senin malam.
Israel memperluas targetnya dalam perang melawan militan Hizbullah di Lebanon pada hari Senin, menewaskan sedikitnya 21 orang dalam serangan udara di utara.
Baca Juga: Harga Minyak Anjlok Hampir 3% Pagi Ini (15/10) Akibat Proyeksi Permintaan OPEC
"Melemahnya permintaan telah menyebabkan para pedagang menarik 'premium perang' dari harga," kata Priyanka Sachdeva, analis pasar senior di Phillip Nova.
"Namun, geopolitik masih terus mendukung minyak pada level ini. Tanpa geopolitik dalam persamaan, minyak akan jatuh lebih jauh, bahkan mungkin di bawah angka $70 per barel di tengah narasi melemahnya permintaan saat ini."
Baik Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan Badan Energi Internasional (IEA) minggu ini memangkas perkiraan mereka untuk pertumbuhan permintaan minyak global pada tahun 2024, dengan China menyumbang sebagian besar penurunan peringkat.
OPEC telah memproyeksikan ekspansi permintaan global yang jauh lebih kuat untuk tahun ini daripada IEA. Namun, "serangkaian penyesuaian yang lebih rendah merupakan semacam pengakuan angan-angan," kata John Evans di pialang minyak PVM.
Data bea cukai China menunjukkan bahwa impor minyak September turun dari tahun sebelumnya, dan pertumbuhan ekonomi negara itu juga kemungkinan akan di bawah target Beijing untuk tahun 2024, menurut jajak pendapat Reuters.