Reporter: Barratut Taqiyyah Rafie | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
KONTAN.CO.ID - NEW YORK. Antusiasme bank sentral global untuk menaikkan suku bunga acuan yang agresif mulai mengalami penurunan.
Kondisi itu menyusul langkah bank sentral AS yang mengerek tipis suku bunga acuannya dalam rapat terakhirnya.
Mengingatkan saja, The Federal Reserve menaikkan suku bunga acuan sebesar 25 basis points (bps) pada Rabu (1/2). Kini, Fed Funds Rate berada di 4,5%-4,75%.
Kini, rekan-rekan The Fed di seluruh dunia juga sudah berada di jalur yang tepat untuk ikut berhenti menaikkan suku bunga.
Mengutip Bloomberg, di antara sorotan minggu ini, The Reserve Bank of Australia pada hari Selasa (7/2) dan Reserve Bank of India pada hari Rabu (8/2) mungkin hanya akan menaikkan seperempat poin dalam biaya pinjaman yang mungkin menandai penyelamatan terakhir mereka untuk saat ini.
Bank sentral Polandia telah menghentikan kenaikan suku bunga dan mungkin akan meratifikasi pandangan itu pada hari Kamis (9/2). Sementara bank sentral Rumania mungkin memutuskan untuk melakukan hal yang sama.
Bahkan di Amerika Latin, di mana pejabat moneter menonjol dalam beberapa tahun terakhir karena reaksi hawkish awal mereka terhadap lonjakan harga, siklus kenaikan suku bunga mulai kehabisan tenaga.
Baca Juga: Masih Merespons The Fed, Simak Proyeksi IHSG Senin (6/2)
Bank sentral Meksiko, meski masih ingin mengatasi inflasi di negaranya, hanya dapat memberikan kenaikan seperempat poin – langkah terkecil sejak 2021.
Meski demikian, beberapa pejabat moneter dunia masih mempertahankan sikap hawkish meskipun mengalami latar belakang yang berubah. Salah satunya adalah Bank Sentral Eropa, yang menaikkan suku bunga sebesar 50 basis poin pada hari Kamis dan semuanya berjanji untuk melakukan hal yang sama pada bulan Maret.
Pembuat kebijakan Islandia juga dapat meningkat suku bunga dengan jumlah yang sama pada hari Rabu. Pun demikian dengan Riksbank Swedia pada hari Kamis.
Tetapi seperti yang diperhatikan oleh para investor, demam kenaikan suku bunga secara global tidak lagi mencapai puncaknya. Dan dengan pertemuan bank sentral Rusia pada hari Jumat mungkin mengalihkan fokus ke pelonggaran moneter, pasar keuangan mulai bertanya-tanya kapan yang lain akan mengikuti.
Baca Juga: Di Tengah Kenaikan Suku Bunga, Kupon Obligasi Korporasi Diramal Bakal Makin Menarik
Di Kanada, Gubernur Tiff Macklem akan menyampaikan pidato pertamanya sejak menaikkan biaya pinjaman untuk kali kedelapan berturut-turut, dan berpotensi menjadi yang terakhir kalinya.
Pernyataannya pada hari Selasa besok kemungkinan akan berfokus pada bagaimana Bank of Canada akan menginterpretasikan efek lanjutan dari kenaikan 425 basis poin sejak Maret.
Bagaimana dengan Indonesia?
Melansir Kompas.com, Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede memperkirakan Bank Indonesia (BI) tidak menaikkan suku bunga acuan (BI 7 Day Reverse Repo Rate/BI7DRR) dalam waktu dekat.
Josua juga memperkirakan The Fed akan kembali menaikkan suku bunga acuannya sebanyak 25 bps menjadi 5-5,25 persen di Maret mendatang.
"Meskipun di tahun ini Fed diperkirakan menaikkan suku bunganya sebesar 50 bps, belum tentu BI akan ikut menaikkan suku bunganya dengan jumlah yang sama di tahun ini," ucap kepada Kompas.com, dikutip Minggu (5/2/2023).
Dia bilang saat Rapat Dewan Gubernur BI pada Januari lalu, BI menyatakan tingkat suku bunga BI7DRR yang saat ini sebesar 5,75% sudah cukup untuk menjangkar ekspektasi inflasi. Terbukti pada Januari 2023 inflasi sudah berangsur turun ke level 5,28% dari posisi puncak 5,95% saat September 2022 setelah kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM).
"Sehingga besar kemungkinannya, BI mulai mempertahankan suku bunganya," kata Josua.