Reporter: Nurtiandriyani Simamora | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Arab Saudi akan melakukan pemangkasan produksi minyak mentah sebanyak 1 juta barel per hari di bulan Juli mendatang. Hal ini membuat produksi minyak Arab Saudi turun ke level terendah selama beberapa tahun setelah harga minyak mentah yang terus melemah.
Dikutip dari Bloomberg, langkah Arab Saudi dilakukan karena dua sekutu OPEC+, yakni Rusia yang tidak berkomitmen untuk memangkas produksi lebih dalam, dan Uni Emirat Arab, yang mendapat tambahan kuota produksi.
Rencana Arab Saudi ini pun berhasil mengerek harga minyak mentah di perdagangan sesi Asia.
Menteri Energi Arab Saudi Pangeran Abdulaziz bin Salman menyampaikan akan melakukan apa pun yang diperlukan untuk membawa stabilitas harga ke pasar. Pasalnya harga minyak tertekan oleh prospek ekonomi yang lebih lemah, terutama di China. Ini menyebabkan Arab Saudi harus mengambil keputusan untuk memangkas produksi.
Sementara itu, kelompok dari 23 negara lainnya tidak menawarkan tindakan tambahan untuk menopang pasar saat ini, tetapi berjanji untuk mempertahankan pemangkasan yang ada hingga akhir 2024.
Baca Juga: Harga Minyak Melonjak Lebih dari US$ 2 di Pagi Ini (5/6), Ini Pemicunya
Arab Saudi mengambil langkah jauh setelah putaran pembatasan sebelumnya yang disepakati dua bulan lalu gagal menghasilkan reli harga yang berkelanjutan.
Sebelumnya, negara yang tergabung dalam OPEC mengumumkan pengurangan pasokan sekitar 1,6 juta barel per hari pada awal April, tetapi sejak saat itu laporan lemahnya ekonomi China telah membebani harga minyak berjangka, yang turun 11% di New York pada bulan Mei.
Pada awal perdagangan hari ini, harga minyak mentah jenis West Texas Intermediate (WTI) melonjak hampir 5%, sebelum memangkas kenaikan menjadi US$ 73 per barel.
Semenatara itu, harga minyak mentah jenis Brent untuk kontrak pengiriman Agustus 2023 naik menuju US$ 78 per barel.
Pemangkasan tambahan di bulan depan dapat diperpanjang, tetapi Pangeran Abdulaziz mempertanyakan mengenai keputusan Arab Saudi yang kemungkinan akan membuat pasar dalam ketegangan. Menteri tersebut telah berulang kali berusaha untuk memperingatkan para spekulan minyak yang bearish, untuk waspada menjelang pertemuan hari Minggu.
"Untuk jangka pendek, harga minyak mentah akan sangat bergantung pada ujian kemauan," kata Bob McNally, Presiden Konsultan Rapidan Energy Group yang juga mantan pejabat Gedung Putih. Dirinya mengatakan ini akan menjadi pertarungan antara Arab Saudi yang mencari stabilitas dan para pedagang saham yang bearish.
Baca Juga: Bursa Asia Cenderung Menguat di Pagi Ini (5/6), Simak Sentimen yang Menopangnya
Upaya Arab Saudi untuk meningkatkan harga ekspornya akan mengorbankan pangsa pasar yang lebih besar. Permintaan minyak global diperkirakan akan mencapai rekor tertinggi tahun ini, tetapi pemangkasan tambahan yang diumumkan pada hari Minggu akan membawa produksi Saudi menjadi sekitar 9 juta barel per hari di bulan Juli, terendah sejak Juni 2021 ketika produksi masih belum pulih dari kedalaman pandemi Covid-19.