Sumber: Bloomberg |
PITTSBURGH. Pemimpin yang tergabung dalam Group of 20 mulai membincangkan rencana AS yang berniat memberikan kekuatan yang lebih besar lagi bagi negara-negara pasar berkembang di World Bank.
Meriung di Pittsburg sejak hari Kamis dan Jumat, pertemuan ini membincangkan mengenai rencana untuk menyurung hal voting negara-negara berkembang sebesar 3%. Hal ini diungkapkan oleh seorang pejabat yang namanya enggan dikutip oleh media.
Pembicaraan tersebut merefleksikan kesepakatan bahwa negara-negara termasuk China sebaiknya memiliki pengaruh di World Bank, International Monetary Fund dan lembaga finansial global lainnya seiring dengan perekonomian yang terus bertumbuh.
"Perubahan pengaruh negara-negara pasar berkembang di IMF maupun WB merupakan hal yang tepat untuk dilakukan dan kelak itu bakal terjadi," kata Menkeu AS Secretary Timothy Geithner. Menurutnya, hal yang akan dicoba saat ini adalah mencoba memulai melakukan perubahan yang masuk akal untuk lembaga-lembaga tersebut.
Asal tahu saja, kini China telah mengambil posisi Jerman sebagai negara dengan perekonomian terbesar ketiga di dunia dengan GDP mencapai US$ 3,9 triliun. China juga memiliki 3,7% voting share dalam pengambilan keputusan IMF executive board; bandingkan dengan 3,2% yang dimiliki oleh Saudi Arabia yang perekonomiannya hanya seperdelapan China.
Pembicaraan kemarin lebih memfokuskan pada IMF karena konsentrasi utamanya memang pada negara-negara pasar berkembang.
“IMF mauppun WB telah diposisikana cukup penting oleh G-20. Jika lembaga-lembaga tersebut tidak kompeten dan kredibel, mereka tidak bisa merealisasikan mandat yang mereka miliki," kata Jo Marie Griesgraber, Ketua dari New Rules for Global Finance Coalition, sebuah lembaga nirlaba di Washington.