kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45903,33   4,58   0.51%
  • EMAS1.318.000 -0,68%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

AS: China ancaman terbesar bagi demokrasi di seluruh dunia sejak Perang Dunia II


Jumat, 04 Desember 2020 / 23:40 WIB
AS: China ancaman terbesar bagi demokrasi di seluruh dunia sejak Perang Dunia II


Sumber: Reuters | Editor: S.S. Kurniawan

KONTAN.CO.ID - WASHINGTON. Pejabat tinggi intelijen Amerika Serikat (AS) meningkatkan serangan keras Pemerintahan Donald Trump kepada Beijing, melabeli China sebagai ancaman terbesar bagi demokrasi dan kebebasan di seluruh dunia sejak Perang Dunia II.

"Intelijennya jelas: Beijing bermaksud untuk mendominasi AS dan seluruh planet secara ekonomi, militer, dan teknologi," kata Direktur Intelijen Nasional (DNI) John Ratcliffe dalam artikel opini di situs Wall Street Journal, Kamis (3/12), seperti dikutip Reuters.

Ratcliffe, mantan anggota Kongres Republik yang ditunjuk Trump sebagai DNI musim semi lalu, mengatakan, China merupakan "ancaman terbesar bagi Amerika Serikat saat ini, dan ancaman terbesar bagi demokrasi dan kebebasan di seluruh dunia sejak Perang Dunia II".

Dia menyebutkan, Pemerintahan Trump telah mengalihkan sumber daya dalam anggaran tahunan sebesar US$ 85 miliar yang dialokasikan untuk intelijen guna meningkatkan fokus pada China.

Baca Juga: Taiwan: Kesepakatan dagang menunjukkan dukungan AS dalam menghadapi tekanan China

Pendekatan spionase ekonomi China 

Menurut Ratcliffe, pendekatan spionase ekonomi China ada tiga: "Rob, Replicate, and Replace."

Strateginya adalah entitas China mencuri kekayaan intelektual perusahaan AS, menyalinnya, dan kemudian menggantikan posisi korporasi negeri uak Sam di pasar global.

Juru bicara Kedutaan Besar China di Washington membantah komentar Ratcliffe sebagai "mendistorsi fakta" dan munafik. Ia mengatakan, Ratcliffe menunjukkan "pola pikir Perang Dingin yang mengakar dan prasangka ideologis dari beberapa orang di pihak AS".

Beijing sering meminta para pemimpin AS untuk memutar kembali retorika mereka tentang China, karena ketakutan akan peran Tiongkok yang semakin meningkat di dunia.

Baca Juga: Amerika Serikat bikin kebijakan baru, China bakal meradang

Esai Ratcliffe adalah laporan terbaru melawan China dari Pemerintahan Trump karena berusaha memperkuat warisan keras presiden yang akan keluar dari Gedung Putih setelah kekalahannya dalam pemilihan 3 November.

Pendekatan Trump telah membawa hubungan antara dua ekonomi terbesar di dunia itu ke titik terendah dalam beberapa dekade. Dan, para analis mengatakan, itu dapat membatasi ruang manuver Pemerintahan Joe Biden yang akan datang untuk berurusan dengan Beijing.

Mencuri teknologi pertahanan AS

Ratcliffe menyinggung laporan yang dikumpulkan oleh badan intelijen negeri uak Sam bahwa perwakilan China berusaha mencampuri politik dalam negeri AS.

Dia juga menuduh China telah mencuri teknologi pertahanan AS untuk mendorong rencana modernisasi militer agresif Presiden Xi Jinping.

Baca Juga: Jenderal AS: Kita butuh revolusi teknologi untuk bisa kalahkan China

"Pemilihan sudah berakhir. Sekarang mari kita jujur ​​tentang China," kata Ratcliffe kepada Reuters setelah artikelnya terbit.

Di antara masalah lain, Washington dan Beijing telah bentrok mengenai penanganan wabah virus korona oleh China, cengkeramannya yang semakin ketat di Hong Kong, klaim yang disengketakan di Laut China Selatan, perdagangan, dan tuduhan kejahatan hak asasi manusia di Xinjiang.

Dalam esainya, Ratcliffe menyebutkan, pihak berwenang China telah "melakukan pengujian manusia" pada tentara China "dengan harapan mengembangkan tentara dengan kemampuan yang ditingkatkan secara biologis". Tapi, dia tidak menjelaskan lebih lanjut.

Selanjutnya: Perseteruan Amerika Serikat vs China bakal panas lagi, kini karena masalah visa




TERBARU

[X]
×