Sumber: Newsweek | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Amerika Serikat kembali menunjukkan dukungannya terhadap Ukraina dengan mengumumkan paket bantuan militer senilai US$725 juta.
Langkah ini dilakukan oleh Presiden Joe Biden menjelang akhir masa jabatannya, menegaskan komitmennya untuk memperkuat kemampuan Ukraina dalam menghadapi invasi Rusia yang terus berlanjut.
Rincian Paket Bantuan Militer
Paket bantuan terbaru ini mencakup sejumlah peralatan militer penting yang sangat dibutuhkan oleh Ukraina, seperti:
- Amunisi untuk Sistem Roket Artileri Mobilitas Tinggi (HIMARS)
- Peluru artileri kaliber 155 mm dan 105 mm
- Rudal untuk Sistem Rudal Permukaan-ke-Udara Canggih Nasional (NASAMS)
Baca Juga: Joe Biden Ampuni Penuh Putranya yang Terjerat Kasus Pelanggaran Pajak
- Rudal Stinger untuk sistem pertahanan udara portabel
- Rudal anti-armor Javelin dan AT-4
- Sistem peluncuran tabung, pelacakan optik, kawat terpandu (TOW)
- Munisi Counter-Unmanned Aerial Systems (c-UAS)
- Tambang darat non-persisten yang dapat menonaktifkan diri setelah periode tertentu
- Sistem Udara Tak Berawak (UAS)
- Senjata kecil dan amunisi
- Peralatan penghancur dan munisi
- Peralatan untuk melindungi infrastruktur nasional yang kritis
- Suku cadang, peralatan tambahan, layanan, pelatihan, dan transportasi.
Fokus pada Pertahanan Ukraina
Langkah ini menjadi bagian dari gelombang bantuan keamanan yang diumumkan oleh Biden selama kunjungan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky ke Gedung Putih pada musim gugur lalu.
Menjelang akhir masa jabatannya, Biden telah memerintahkan Departemen Pertahanan untuk mengalokasikan seluruh anggaran bantuan keamanan yang tersisa untuk Ukraina.
Bantuan ini juga mencakup persetujuan untuk serangan jarak jauh Ukraina ke wilayah Rusia menggunakan sistem rudal taktis buatan AS, meski sebelumnya sempat ditolak karena kekhawatiran akan pembalasan dari Rusia.
Baca Juga: Kim Jong Un: Rusia Berhak Membela Diri terhadap Ukraina
Tantangan di Tengah Perubahan Kepemimpinan
Namun, masa depan bantuan AS untuk Ukraina berada dalam ketidakpastian.
Presiden terpilih Donald Trump, yang akan dilantik pada Januari mendatang, telah menyatakan niatnya untuk menghentikan bantuan militer kepada Ukraina dan berjanji mengakhiri perang dalam 24 jam, tanpa memberikan rincian spesifik tentang rencananya.
Amerika Serikat saat ini menyumbang sekitar 50% dari total bantuan militer yang diterima Ukraina, dengan lebih dari $60 miliar telah diberikan sejak Februari 2022.
Kondisi Terkini di Medan Perang
Di medan perang, Rusia terus menunjukkan kemajuan signifikan di wilayah timur Ukraina. Pasukan Moskow berhasil merebut Avdiivka pada Februari, serta memperluas kendali mereka ke wilayah barat Donetsk, termasuk Toretsk, Pokrovsk, dan Vuhledar.
Pada akhir Oktober, Rusia juga menguasai beberapa pemukiman strategis di Donetsk dan wilayah Kharkiv timur laut. Ancaman terbaru diarahkan pada kota kunci Velyka Novosilka, yang menjadi perhatian para pengamat internasional.
Baca Juga: Ketidakpastian Masih Tinggi, Investor Disarankan Wait and See
Tekanan terhadap Ukraina
Di tengah kemajuan Rusia, Ukraina menghadapi tantangan untuk mempertahankan jumlah pasukan militer yang memadai. Tingginya tingkat desersi selama tahun 2024 menunjukkan tekanan besar pada angkatan bersenjata Ukraina.
Pemerintah bahkan mempertimbangkan untuk menurunkan usia mobilisasi menjadi 18 tahun guna mempercepat perekrutan personel militer baru.
Namun, kritik muncul mengenai ketidaksesuaian antara kebutuhan di medan perang dan pengiriman bantuan militer dari negara-negara Barat. Dmytro Lytvyn, penasihat komunikasi Zelensky, menyatakan bahwa keterlambatan dalam pengiriman peralatan membuat Ukraina kesulitan untuk mempersenjatai pasukan yang telah dimobilisasi.