Penulis: Prihastomo Wahyu Widodo
KONTAN.CO.ID - Latihan militer gabungan skala besar antara Amerika Serikat dan Korea Selatan resmi dimulai pada hari Senin (4/4). Latihan tahunan ini memiliki misi khusus, yaitu memperkuat kesiapan menghadapi ancaman senjata nuklir Korea Utara.
Kementerian Pertahanan Korea Selatan mengatakan, latihan ini akan berlangsung selama 11 hari dengan nama "Freedom Shield".
Di dalamnya, tentara Amerika Serikat dan Korea Selatan memulai pelatihan pos komando yang disimulasikan melalui komputer dan berbagai latihan lapangan.
Melansir AP News, militer Korea Selatan pekan lalu mengatakan bahwa mereka akan melakukan 48 latihan lapangan dengan pasukan AS pada musim semi ini, jumlah itu dua kali lebih banyak dari yang dilakukan tahun lalu.
Mereka juga menyampaikan bahwa latihan tersebut akan melibatkan latihan tembak-menembak, pengeboman, serangan udara, dan intersepsi rudal.
Baca Juga: Rusia Mengingatkan Adanya Potensi Konflik dengan NATO di Masa Depan
Takut dengan Korea Utara
Sejak awal tahun 2022, Korea Utara telah melakukan lebih dari 100 uji coba rudal untuk memodernisasi persenjataannya. Semua itu dilakukan karena pembicaraan dengan Amerika Serikat dan Korea Selatan telah terhenti untuk waktu yang lama.
Sebagai respons, AS dan Korea Selatan ikut meningkatkan intensitas latihan militer gabungan mereka. AS juga meningkatkan pengerahan aset militer di sekitar Semenanjung Korea, termasuk kapal induk dan pesawat pengebom jarak jauh berkemampuan nuklir.
Para ahli meyakini bahwa kemungkinan Korea Utara untuk melakukan konfrontasi militer lebih dulu sangat kecil, karena Pyongyang menyadari kekuatan militernya kalah dibandingkan AS dan Korea Selatan.
Di saat yang sama, Korea Utara sepertinya melihat bahwa persenjataan nuklir yang canggih akan meningkatkan pengaruhnya dalam diplomasi di masa depan, termasuk peluang memenangkan konsesi seperti pelonggaran sanksi internasional.