Sumber: Reuters | Editor: S.S. Kurniawan
KONTAN.CO.ID - WASHINGTON. Amerika Serikat atau AS mengatakan pada Minggu (13/2), Rusia bisa menyerang Ukraina kapan saja dan mungkin membuat dalih mengejutkan untuk serangan itu.
Washington menyatakan, pintu untuk diplomasi tetap terbuka. Tapi, juga berulang kali bilang, militer Rusia yang memiliki lebih dari 100.000 tentara di dekat Ukraina siap untuk bertindak.
Moskow menyangkal rencana semacam itu dan menyebutnya sebagai "histeria", tetapi belum ada terobosan yang bisa meredakan krisis yang muncul dari pembicaraan tingkat tinggi antara pejabat tinggi Rusia dan Barat dalam beberapa hari terakhir.
“Kami tidak dapat memprediksi hari dengan sempurna, tapi kami sekarang mengatakan, untuk beberapa waktu, kita berada di jendela, dan invasi bisa dimulai, aksi militer besar bisa dimulai oleh Rusia di Ukraina kapan saja sekarang,” kata Penasihat Keamanan Nasional Gedung Putih Jake Sullivan kepada CNN, seperti dikutip Reuters.
Baca Juga: Ketegangan di Perbatasan Ukraina Memanas, Australia Evakuasi Kedutaan di Kiev
Menurut Sullivan, AS akan terus berbagi intelijen dengan dunia untuk menyangkal kemampuan Rusia untuk melakukan operasi "bendera palsu" yang mengejutkan, yang bisa menjadi dalih untuk melakukan serangan.
Hanya, dia mengatakan, tidak bisa mengonfirmasi laporan yang menyebutkan intelijen AS mengindikasikan Rusia berencana untuk menyerang pada Rabu (16/2) nanti.
Presiden AS Joe Biden, yang akan berbicara dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy mengatakan kepada Putin melalui telepon pada Sabtu (12/2) lalu, Barat akan menanggapi dengan tegas setiap invasi, dan serangan itu akan membahayakan dan mengisolasi Rusia.
Sementara Putin mengatakan kepada Biden, AS telah gagal mempertimbangkan kekhawatiran utama Rusia dan tidak menerima “jawaban substansial” atas elemen-elemen kunci dari tuntutan keamanan dari Moskow.
Putin menginginkan jaminan dari AS dan NATO yang mencakup memblokir masuknya Ukraina menjadi anggota aliansi, menahan diri dari penempatan rudal di dekat perbatasan Rusia, dan mengurangi infrastruktur militer NATO di Eropa.