CLOSE [X]
kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.470.000   4.000   0,27%
  • USD/IDR 15.946   -52,00   -0,33%
  • IDX 7.161   -53,30   -0,74%
  • KOMPAS100 1.094   -8,21   -0,74%
  • LQ45 872   -4,01   -0,46%
  • ISSI 216   -1,82   -0,84%
  • IDX30 446   -1,75   -0,39%
  • IDXHIDIV20 540   0,36   0,07%
  • IDX80 126   -0,84   -0,67%
  • IDXV30 136   0,20   0,15%
  • IDXQ30 149   -0,29   -0,20%

Ketegangan di Perbatasan Ukraina Memanas, Australia Evakuasi Kedutaan di Kiev


Minggu, 13 Februari 2022 / 07:22 WIB
Ketegangan di Perbatasan Ukraina Memanas, Australia Evakuasi Kedutaan di Kiev
ILUSTRASI. Perdana Menteri Scott Morrison


Sumber: Reuters | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID - MELBOURNE. Gejolak geopolitik antara Ukraina dan Rusia membuat sejumlah negara memilih untuk mengevakuasi warganya dari Ukraina. Terbaru, Australia yang memilih melakukan evakuasi kedutaan besarnya yang berasa di Kyiv.

Minggu (13/2), pemerintah Australia mengatakan, evakuasi ini dilakukan karena situasi di perbatasan Rusia-Ukraina memburuk dengan cepat. Perdana Menteri Scott Morrison pun meminta China untuk tidak tetap diam terhadap krisis tersebut.

Sebelumnya, Amerika Serikat (AS) dan Eropa sudah meningkatkan peringatan mereka tentang serangan segera yang dilakukan Rusia di Ukraina. Sementara Kremlin, yang berdesak-desakan untuk mendapatkan lebih banyak pengaruh di Eropa pasca-Perang Dingin, menolak tanggapan diplomatik bersama UE-NATO terhadap tuntutannya untuk mengurangi ketegangan sebagai tindakan yang tidak sopan.

Menteri Luar Negeri Marise Payne mengungkapkan, staf kedutaan Australia di Kyiv diarahkan ke kantor sementara di Lviv, sebuah kota di Ukraina barat, yang berjarak sekitar 70 kilometer dari perbatasan dengan Polandia.

Baca Juga: Biden dan Putin akan Berbicara di Tengah Ketegangan yang Meningkat di Ukraina

"Kami terus menyarankan warga Australia untuk segera meninggalkan Ukraina dengan cara komersial," kata Payne dalam sebuah pernyataan yang dikutip dari Reuters.

Sementara itu, Morrison mengatakan bahwa situasinya "mencapai tahap yang sangat berbahaya" dan menambahkan bahwa "tindakan sepihak otokratis Rusia untuk mengancam dan menggertak Ukraina adalah sesuatu yang sepenuhnya dan sama sekali tidak dapat diterima."

Morrison, yang pemerintahannya memiliki hubungan dingin dengan China, juga meminta Beijing untuk berbicara atas nama Ukraina, setelah China mengkritik pertemuan para menteri luar negeri AS, Australia, Jepang dan India di Melbourne pekan lalu.

"Pemerintah China dengan senang hati mengkritik Australia, namun tetap diam terhadap pasukan Rusia yang berkumpul di perbatasan Ukraina," kata Morrison dalam konferensi pers.

Baca Juga: Harga Minyak Melonjak 3% di Akhir Pekan dan Cetak Level Tertinggi 7 Tahun

"Koalisi otokrasi yang kami lihat, berusaha untuk menggertak negara lain, bukanlah sesuatu yang Australia pernah ambil posisi ringan."

Hubungan antara Australia dan China, mitra dagang utamanya, memburuk setelah Canberra melarang Huawei Technologies dari jaringan broadband 5G-nya pada tahun 2018, memperketat undang-undang terhadap campur tangan politik asing, dan mendesak penyelidikan independen terhadap asal usul COVID-19.



TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×