Reporter: Dessy Rosalina | Editor: Yudho Winarto
TOKYO. Selera investor asing kian buruk terhadap Abenomics. Investor tidak lagi percaya pada kemampuan Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe untuk membangkitkan ekonomi Jepang dari tidur panjang.
Sejak awal tahun ini, investor asing tercatat melakukan aksi jual portofolio saham selama 13 minggu berturut-turut. Ini merupakan penjualan terpanjang sejak tahun 1998 silam.
Jika ditotal, investor asing sudah melepas aset saham senilai US$ 46 miliar. Aksi jual ini kian menekan Tokyo Stock Exchange lantaran duit asing menguasai 70% dari total valuasi bursa saham.
Laporan terbaru Bank of America (BoA) Merrill Lynch menunjukkan, penjualan bersih asing mencapai ¥ 5 triliun jika dihitung sejak pekan kedua Januari 2016. Angka ini hampir sepertiga ketimbang pembelian bersih asing di bursa saham Tokyo yang mencapai ¥ 18,5 triliun pada periode 2012 dan 2015.
Tak cuma BoA Merrill Lynch, sejumlah fund manager asing pun ramai-ramai memangkas prospek Jepang. Terbaru, ada Citigroup Inc yang memangkas outlook ekonomi Jepang menjadi negatif di akhir pekan lalu.
Sebelumnya, ada Credit Suisse Group AG dan BlackRock yang menurunkan peringkat prospek Jepang dari overweight menjadi neutral. “Kami mengurangi aset di Jepang karena return rendah dan volatilitas tinggi," ujar Dan Chamby, Fund Manager BlackRock Global Allocation Fund, seperti dikutip Bloomberg, Senin (11/4).
Rapor buruk
Hampir lima tahun sejak menduduki kursi perdana menteri, Abe dinilai tak mampu melepaskan ekonomi Jepang dari deflasi. Masahiro Ichikawa, Senior Strategis Sumitomo Mitsui Asset Management Co menilai, penting bagi Abe membangunkan kembali kepercayaan investor asing.
"Asing penting untuk menopang bursa. Jika bursa anjlok, publik akan kehilangan kepercayaan diri dan mengerem belanja," kata Ichikawa.
Sejak awal tahun, saham bluchips Jepang rontok terimbas aksi jual investor. Yang paling menderita penurunan adalah saham Toyota Motor Corp, Honda Motor Co dan Fuji Heavy Industries Ltd.
Harga saham bank pun turut rontok menyeret indeks di tahun ini. Sebab, saham bank masih tertekan kebijakan Bank Sentral Jepang (BoJ) yang mengadopsi suku bunga negatif.
Yoshihiro Ito, Kepala Strategi Okasan Securities Co meramal, bursa saham akan terus merosot karena inflasi jauh dari target 2%. Masalah lain, nilai tukar yen terhadap dollar terus menguat, menggerus laba korporasi Jepang.













