kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.508.000   10.000   0,67%
  • USD/IDR 15.930   -61,00   -0,38%
  • IDX 7.141   -39,42   -0,55%
  • KOMPAS100 1.095   -7,91   -0,72%
  • LQ45 866   -8,90   -1,02%
  • ISSI 220   0,44   0,20%
  • IDX30 443   -4,74   -1,06%
  • IDXHIDIV20 534   -3,94   -0,73%
  • IDX80 126   -0,93   -0,74%
  • IDXV30 134   -0,98   -0,72%
  • IDXQ30 148   -1,09   -0,73%

Aturan FIFA Terkait Transfer Pemain Menuali Kritikan


Kamis, 03 Oktober 2024 / 12:30 WIB
Aturan FIFA Terkait Transfer Pemain Menuali Kritikan
ILUSTRASI. Pasar transfer sepak bola, yang selama ini dikenal oleh para penggemar, berpotensi mengalami transformasi terbesar dalam lebih dari tiga dekade


Reporter: Handoyo | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pasar transfer sepak bola, yang selama ini dikenal oleh para penggemar, berpotensi mengalami transformasi terbesar dalam lebih dari tiga dekade.

Hal ini terkait dengan pernyataan Advokat Jenderal Maciej Szpunar di hadapan Pengadilan Kehakiman Uni Eropa (CJEU), yang memberikan indikasi adanya kemungkinan perubahan aturan terkait transfer pemain.

Mengutip manchestereveningnews.com, mantan gelandang Arsenal dan Chelsea, Lassana Diarra, yang telah berjuang selama lebih dari 10 tahun dalam menghadapi ketidakadilan sistem transfer, kini mendekati titik terang.

Pada Jumat, 4 Oktober, putusan pengadilan yang terkait dengan aturan transfer pemain berpotensi mengubah regulasi yang selama ini dianggap tidak memadai.

Mengapa Aturan FIFA Dikritik sebagai Drakonian?

Szpunar, dalam diskusinya, menyinggung pelanggaran peraturan Uni Eropa oleh aturan FIFA yang ada saat ini. Ia menggambarkan sistem saat ini sebagai "drakonian," terutama dalam hal pembatasan kebebasan pemain untuk berpindah klub.

Baca Juga: Jangan Tertipu! Tiket Piala Dunia 2026 Belum Dijual hingga Akhir Tahun 2025

Aturan transfer FIFA saat ini dianggap sangat membatasi mobilitas pemain, yang pada akhirnya menimbulkan ketidakadilan dalam kompetisi antarklub.

Kasus ini mencuat berkat Lassana Diarra, yang pada awal kariernya berpindah dari Le Havre (Prancis) ke Chelsea pada 2005, lalu ke Arsenal dua tahun kemudian. Setelah hanya enam bulan, Diarra bergabung dengan Portsmouth dan tak lama kemudian ditransfer ke Real Madrid.

Namun, setelah meninggalkan Madrid pada 2012, kariernya mulai mengalami kemunduran ketika ia bergabung dengan Anzhi Makhachkala di Rusia, dan kemudian pindah ke Lokomotiv Moscow setelah hanya satu musim.

Masalah mulai muncul ketika Lokomotiv Moscow berusaha memotong gajinya, dengan alasan Diarra tidak lagi menjadi pemain utama. Ketika Diarra menolak pengurangan gaji tersebut, hubungan antara klub dan pemain memburuk, hingga kontraknya diakhiri secara sepihak oleh Lokomotiv.

Klub kemudian menuntut Diarra atas pelanggaran kontrak, dan FIFA menjatuhkan sanksi berupa larangan bermain setelah panel penyelesaian sengketa memutuskan bahwa Diarra bersalah.

Perjuangan Hukum Diarra dan Tantangan Aturan FIFA

Setelah mengalami pemutusan kontrak, Diarra mengajukan banding ke Pengadilan Arbitrase Olahraga (CAS), menantang keputusan tersebut. Lokomotiv Moscow meminta kompensasi lebih dari £15 juta, jumlah yang mereka bayarkan untuk transfer Diarra. Meskipun CAS mengurangi jumlah kompensasi menjadi £10 juta, Diarra tetap harus membayar denda beserta bunga.

Baca Juga: Manchester United Awali Musim yang Buruk. Ten Hag: Tidak Ada yang Perlu Dikhawatirkan

Keputusan ini membuat karier Diarra semakin terpuruk. Klub Belgia, Royal Charleroi, sempat menawarkan peluang untuk Diarra kembali bermain di Eropa. Namun, karena kekhawatiran atas potensi kompensasi yang harus dibayar, klub menarik tawarannya setelah FIFA dan Asosiasi Sepak Bola Belgia tidak memberikan jaminan terkait masalah tersebut.

Di bawah kepemimpinan Jean-Louis Dupont, pengacara yang dikenal karena mewakili Jean-Marc Bosman dalam sengketa kontrak dengan UEFA, Diarra terus melawan aturan FIFA.

Sengketa ini semakin rumit ketika FIFA menolak mengeluarkan Sertifikat Transfer Internasional (ITC), yang diperlukan untuk mendaftarkan pemain di klub baru, dengan alasan negosiasi yang sedang berlangsung antara Lokomotiv dan Anzhi.

Potensi Perubahan Aturan Transfer Pemain

Saat ini, CJEU sedang mempertimbangkan apakah tindakan FIFA dalam kasus Diarra sesuai dengan hukum. Pernyataan Szpunar pada April lalu sangat penting dalam konteks ini.

Ia menyebut bahwa aturan FIFA yang mengatur status dan transfer pemain sangat membatasi kebebasan pemain untuk berpindah klub dan memengaruhi kompetisi antarklub dalam pasar pemain profesional.

Baca Juga: Newcastle Hadapi Tagihan US$1,3 Miliar untuk Membangun Kembali Stadion St James' Park

Szpunar juga menyoroti efek jera yang ditimbulkan oleh aturan ini. Denda yang dikenakan kepada pemain yang memutuskan kontrak tanpa alasan yang sah begitu berat, sehingga jarang ada pemain yang berani mengambil risiko tersebut. Aturan ini dirancang untuk mengikat pemain secara ketat dengan klub mereka, dan menimbulkan ketakutan untuk melanggar kontrak.

Jika aturan yang ada saat ini dinyatakan melanggar hukum, maka perubahan signifikan dalam sistem transfer sepak bola dapat segera terjadi. Meski demikian, keputusan akhir belum pasti, dan CJEU memiliki wewenang untuk menentang pandangan Advokat Jenderal, meskipun pendapat mereka biasanya memiliki bobot yang besar dalam keputusan akhir.

Masa Depan Pasar Transfer: Apa yang Akan Berubah?

Apabila sistem yang ada dinyatakan tidak sah, maka kemungkinan besar FIFA harus merombak aturan transfer pemain secara mendasar. Ini bisa berarti kebebasan yang lebih besar bagi para pemain dalam memilih klub baru, serta pengurangan kendali klub atas status kontrak pemain.

Para ahli hukum olahraga seperti Robby Houben, Oliver Budzinski, dan Melchior Wathelet berpendapat bahwa hasil akhir dari kasus Diarra mungkin akan mengguncang sistem transfer pemain yang ada saat ini. Mereka bahkan menyatakan bahwa "sistem transfer dalam sepak bola, seperti yang kita kenal, kemungkinan besar akan runtuh."

Baca Juga: Manchester United Berhasil Menangkan Banding atas Kartu Merah Fernandes

Menjelang sidang penting pada 4 Oktober, satu hal yang pasti adalah dunia sepak bola menghadapi ketidakpastian besar terkait konsekuensi potensial dari perubahan dalam model transfer pemain.

FIFA harus menunjukkan bahwa sistem yang mereka terapkan selama ini memang dirancang untuk kepentingan olahraga, bukan semata-mata untuk keuntungan mereka sendiri. Jika gagal, kita mungkin akan menyaksikan perubahan besar dalam cara kerja transfer pemain di masa depan.



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×