Sumber: Reuters | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - CANBERRA/SYDNEY. Australia diprediksi akan semakin sering mengalami bencana iklim ekstrem dan banyak terjadi secara bersamaan yang dapat memberikan tekanan berat pada layanan kesehatan, darurat, infrastruktur vital, hingga sektor industri utama.
Peringatan itu tertuang dalam National Climate Risk Assessment, laporan pemerintah terbaru yang dirilis Senin (15/9/2025).
Disebutkan bahwa tak ada satu pun komunitas di Australia yang akan benar-benar terbebas dari risiko iklim.
Baca Juga: Australia Beri Akses AS ke Fasilitas Kapal Selam Nuklir di Perth
Dampaknya akan bersifat berlapis, saling memperburuk, dan terjadi serentak, dengan ancaman serius terhadap ekosistem alam serta keanekaragaman hayati.
“Kita tidak lagi bisa menghindari dampak perubahan iklim. Namun, setiap langkah yang kita ambil hari ini menuju target net zero 2050 akan membantu mengurangi risiko terburuk bagi masyarakat dan dunia usaha,” ujar Menteri Energi Chris Bowen dalam pernyataannya.
Bowen menekankan, laporan ini adalah penilaian paling komprehensif pertama terkait risiko iklim di Australia.
Wilayah utara, komunitas terpencil, serta kawasan pinggiran kota besar disebut paling rentan terhadap dampak perubahan iklim.
“Orang Australia sudah merasakan konsekuensi perubahan iklim hari ini. Namun jelas, setiap derajat pemanasan yang bisa kita cegah sekarang akan membantu generasi mendatang menghindari dampak paling parah,” tambah Bowen.
Baca Juga: Dolar Australia Menguat ke Level Tertinggi 10 Bulan, Catat Pekan Terbaik Sejak April
Sebagai tindak lanjut, pemerintah juga merilis rencana adaptasi nasional yang akan menjadi panduan koordinasi aksi lintas pemerintah federal, negara bagian, hingga lokal.
Bowen menyebut pemerintah akan segera mengumumkan langkah berikutnya dalam upaya menurunkan emisi karbon, termasuk penetapan target 2035 yang “ambisius sekaligus realistis.”
Sejak menjabat pada 2022, pemerintahan Partai Buruh yang berhaluan tengah-kiri telah mengalokasikan AU$3,6 miliar (US$2,39 miliar) untuk program adaptasi iklim.
Pemerintah menargetkan pemangkasan emisi karbon sebesar 43% pada 2030 dan net zero pada 2050.
Kebijakan ini menandai pergeseran besar dari pemerintahan konservatif sebelumnya, yang kerap dikritik sebagai “terbelakang” dalam agenda pengendalian emisi oleh para pegiat energi bersih.