Sumber: Reuters | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - SYDNEY. Dolar Australia (AUD) menanjak ke posisi tertinggi dalam 10 bulan terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada Jumat (12/9/2025) dan bersiap mencatatkan pekan terbaiknya sejak April.
Sentimen penguatan ini didorong oleh data ekonomi AS yang melemah, sehingga memperkuat ekspektasi pasar terhadap pemangkasan suku bunga The Fed lebih lanjut.
Selain itu, AUD juga menyentuh level tertinggi tujuh bulan terhadap yen Jepang, tiga bulan terhadap euro, serta 10 bulan terhadap dolar Kanada.
Baca Juga: Investasi Energi China Capai Rp 540 Triliun, Siap Kuasai Dunia?
Analis menyebut penguatan dolar Australia tidak hanya didukung faktor eksternal, tetapi juga fundamental domestik.
Beberapa faktor pendorongnya antara lain reli harga saham global, diferensial imbal hasil obligasi yang positif karena Bank Sentral Australia (RBA) diperkirakan akan lebih lambat menurunkan suku bunga, harga komoditas yang tinggi, stabilitas politik, serta posisi utang pemerintah yang relatif sehat.
"Pergerakan AUD terhadap berbagai mata uang menunjukkan bahwa ini lebih dari sekadar efek tailwind dari pasar risiko. Ada daya tarik fundamental yang membuat AUD lebih menarik," jelas Chris Weston, Head of Research di Pepperstone.
Pada perdagangan Jumat, AUD menembus US$0,6665, naik 0,7% semalam setelah melewati level resistensi teknikal US$0,6625.
Momentum ini membuka peluang penguatan lebih lanjut, dengan target terdekat US$0,6687, level tertinggi sejak November tahun lalu.
Baca Juga: Dolar Taiwan dan Rupiah Pimpin Penguatan Mata Uang Asia Jumat (12/9) Pagi
Secara mingguan, AUD telah naik 1,6%, menjadikannya salah satu mata uang G10 dengan kinerja terbaik.
Sementara itu, data inflasi konsumen AS yang relatif sesuai ekspektasi dan lonjakan klaim pengangguran mingguan memperkuat keyakinan bahwa The Fed akan memangkas suku bunga dua kali lagi setelah pemotongan seperempat poin yang hampir pasti dilakukan pekan depan.
Sebaliknya, pasar memperkirakan peluang pemangkasan suku bunga oleh RBA bulan ini sangat kecil setelah rilis data domestik yang solid.
Ekspektasi penurunan suku bunga ke level 3,35% pada November kini hanya 76%, turun dari 100% beberapa pekan sebelumnya.
Perbedaan ekspektasi kebijakan moneter ini membuat obligasi Australia tertinggal dibandingkan reli obligasi AS, sehingga selisih imbal hasil obligasi tenor 10 tahun antara Australia-AS melebar menjadi sekitar 18 basis poin (bps), dari minus 20 bps pada pertengahan Juni.
Di sisi lain, kinerja dolar Selandia Baru (NZD) masih tertahan oleh data ekonomi yang lemah serta sikap dovish bank sentralnya.
NZD terakhir diperdagangkan stabil di US$0,5975, naik 0,6% semalam dan 1,3% sepanjang pekan ini.
Pasar kini menanti rilis data PDB Selandia Baru kuartal II pada pekan depan, yang diperkirakan menunjukkan kontraksi sekitar 0,3%.
Baca Juga: Sinyal The Fed Pangkas Suku Bunga, Bursa Asia Terbang Tinggi!
Jika hasilnya lebih buruk dari perkiraan, hal itu bisa memicu ekspektasi pemangkasan suku bunga sebesar 50 bps oleh Reserve Bank of New Zealand (RBNZ), yang sebelumnya sudah memberi sinyal dua kali pemangkasan masing-masing 25 bps tahun ini.
Data ritel terbaru menunjukkan belanja konsumen Selandia Baru naik 0,7% pada Agustus, menjadi kenaikan bulanan ketiga berturut-turut.
"Tren positif ini memberi harapan bagi PDB kuartal III, meskipun data kuartal II kemungkinan mengecewakan," kata Darren Gibbs, Ekonom Senior di Westpac