Sumber: Reuters | Editor: Prihastomo Wahyu Widodo
KONTAN.CO.ID - NEW YORK. Vaksin Covid-19 buatan Pfizer-BioNTech jadi salah satu jeni vaksin yang paling awal muncul dan paling banyak digunakan di dunia. Sayangnya, metode penyimpanan vaksin jenis ini cukup sulit sehingga kerap mengganggu proses distribusi. Kesesuaian suhu ruang penyimpanan jadi masalah utama.
Badan Pangan dan Obat-obatan AS (FDA) baru saja memastikan bahwa vaksin Covid-19 buatan Pfizer-BioNTech aman disimpan di dalam lemari pendingin biasa selama satu bulan.
Melalui kepastian dan kemudahan ini, FDA berharap akses menuju ketersediaan vaksin menjadi lebih luas secara global.
Dalam pernyataannya hari Rabu (19/5), FDA mengumumkan bahwa vaksin dapat disimpan di lemari es pada suhu 2 hingga 8 derajat Celcius hingga satu bulan, naik dari batas maksimum sebelumnya yaitu lima hari.
"Perubahan ini seharusnya membuat vaksin ini tersedia lebih luas untuk publik Amerika dengan memfasilitasi kemampuan penyedia vaksin dalam menerima, menyimpan, dan mengelola vaksin," ungkap Peter Marks, direktur Pusat Evaluasi dan Penelitian Biologi FDA, seperti dikutip Reuters.
Tidak hanya di AS, perubahan ini jelas sangat berarti untuk masyarakat global, terutama daerah-daerah terpencil yang memiliki infrastruktur transportasi dan penyimpanan yang buruk.
Baca Juga: Data terbaru buktikan efektivitas dua dosis vaksin AstraZeneca mencapai 90%
Masa penyimpanan vaksin Covid-19 memang telah menjadi masalah yang serius karena seringkali menghambat distribusi. Di negara dengan fasilitas yang kurang memadai, pasokan vaksin bisa dengan segera kadaluarsa bahkan sebelum sempat digunakan.
Pada bulan Februari lalu, otoritas kesehatan AS menyetujui penyimpanan dan pengangkutan vaksin pada suhu freezer normal hingga dua minggu.
Vaksin Pfizer mendapat persetujuan penggunaan darurat pada bulan Desember dengan label yang mengharuskannya disimpan pada suhu antara -80ºC dan -60ºC. Dengan ketentuan tersebut, vaksin wajib disimpan dan dikirim menggunakan wadah yang dirancang khusus.
Hal ini menjadi cukup sulit bagi banyak negara, terutama yang berpenghasilan rendah, karena tidak memiliki cukup sumber daya untuk menyediakan tempat penyimpanan khusus.