Sumber: Reuters | Editor: Prihastomo Wahyu Widodo
KONTAN.CO.ID - JENEWA. Konferensi PBB tentang Perdagangan dan Pembangunan (UNCTAD) pada hari Senin (3/10), mengingatkan ancaman nyata resesi yang diakibatkan oleh kelalaian dalam menyusun kebijakan moneter.
UNCTAD menyebut bahwa kondisi ini bisa menimbulkan konsekuensi serius bagi negara-negara berkembang. Badan PBB ini pun menyerukan agar semua negara menyusun strategi moneter baru.
"Pengetatan moneter yang berlebihan dapat mengantarkan pada periode stagnasi dan ketidakstabilan ekonomi untuk beberapa negara," ungkap UNCTAD dalam laporannya, seperti dikutip Reuters.
Baca Juga: Krisis Inggris Meningkatkan Risiko Kekacauan di Pasar Keuangan Global
Lebih lanjut, UNCTAD menilai keyakinan bank sentral bahwa mereka mampu menurunkan harga dengan mengandalkan suku bunga yang lebih tinggi tanpa menghasilkan resesi adalah sebuah pertaruhan yang tidak bijaksana.
Laporan itu juga mengatakan bahwa suku bunga yang lebih tinggi, termasuk kenaikan oleh The Fed, akan berdampak lebih parah pada negara-negara berkembang yang sudah memiliki tingkat utang swasta dan publik yang tinggi.
"Tindakan saat ini merugikan orang-orang yang rentan di mana-mana, terutama di negara-negara berkembang. Kita harus mengubah arah," kata Sekretaris Jenderal UNCTAD, Rebeca Grynspan, dalam konferensi pers di Jenewa.
Baca Juga: IMF: 48 Negara Terkena Krisis Pangan, 10 hingga 20 di Antaranya Butuh Bantuan Darurat
Laporan yang berjudul "Prospek pembangunan di dunia yang retak" ini juga secara khusus memperingatkan potensi krisis utang di negara berkembang.
Ketika ditanyai soal solusi, Grynspan menyebut ada banyak cara untuk menurunkan inflasi. Ia juga mendesak adanya peraturan yang lebih baik untuk mengendalikan spekulasi komoditas dan upaya untuk mengatasi kemacetan sisi penawaran.
UNCTAD telah menurunkan proyeksi pertumbuhan global 2022 menjadi 2,5% dari perkiraan sebelumnya 2,6% dalam penilaian Maret. Mereka saat ini berharap ada pertumbuhan hingga 2,2% untuk tahun 2023.
Sejalan dengan UNCTAD, IMF bulan lalu juga memprediksi beberapa negara akan masuk ke dalam resesi dan langsung menurunkan perkiraan pertumbuhannya.