kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45923,49   -7,86   -0.84%
  • EMAS1.319.000 -0,08%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Bahrain siap berdamai dengan Israel, ini syaratnya


Jumat, 28 Agustus 2020 / 06:59 WIB
Bahrain siap berdamai dengan Israel, ini syaratnya
ILUSTRASI. Bahrain siap berdamai dengan Israel, ini syaratnya. ANTARA FOTO/REUTERS/Raneen Sawafta/HP/djo


Sumber: Kompas.com | Editor: Adi Wikanto

KONTAN.CO.ID - Manamah. Raja Bahrain memastikan tidak akan menormalisasi hubungan dengan Israel meskipun mendapat tekanan dari Amerika Serikat. Bahrain baru akan duduk bersama dengan Israel jika sudah terbentuk negara Palestina merdeka yang diakui seluruh dunia.

Raja Hamad bin Isa al-Khalifah menolak tawaran Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo dengan menyampaikan bahwa komitmennya sebagai negara Teluk adalah untuk membentuk negara Palestina.

Baca juga: Lelang mobil dinas Honda CRV di Jakarta, murah mulai Rp 80 juta dilelang terbuka

Melansir Al Jazeera pada Rabu (26/8/2020), diplomat tertinggi AS itu berada di Manama pada Rabu sebagai bagian dari agenda kunjungan ke negara-negara Timur Tengah, yang bertujuan menghimpun dukungan berbagai negara dari dunia Arab untuk menormalisasi hubungan dengaan Israel. Awal bulan ini Uni Emirat Arab (UEA) telah mengawali melakukan normalisasi hubungan dengan Israel dalam suatu perjanjian yang dijembatani oleh AS.

Perjanjian itu menjadikan UEA sebagai negara Arab ketiga yang setuju untuk menjalin hubungan dengan Israel, setelah Mesir dan Yordania. Namun, tindakan tersebut dikecam oleh Palestina.

Sebelum mengunjungi Bahrain, Pompeo berada di Sudan, di mana Perdana Menteri Abdalla Hamdok mengatakan pada Selasa (25/8/2020), bahwa pemerintah transisinya "tidak memiliki mandat" untuk mengambil langkah membangun hubungan dengan Israel.

Dan pada Rabu, Bahrain menggemakan sentimen sekutunya dan Arab Saudi kelas berat regional, bahwa kesepakatan dengan Israel tidak akan terwujud tanpa pembentukan negara Palestina merdeka. Menurut News Agency resmi Bahrain, Raja Hamad bin Isa Al Khalifa mengatakan kepada Pompeo bahwa negaranya tetap berkomitmen pada Inisiatif Perdamaian Arab (Arab Peace Initiative/API).

Komitmen itu menyerukan penarikan penuh Israel dari wilayah Palestina yang diduduki sejak 1967, dengan imbalan perdamaian dan normalisasi penuh hubungan dengan Israel. "Raja menekankan pentingnya meningkatkan upaya untuk mengakhiri konflik Palestina-Israel sesuai dengan solusi 2 negara...untuk pembentukan negara Palestina merdeka dengan Yerusalem Timur sebagai ibukotanya," ujar Hamad bin Isa Al Khalifa seperti yang dikutip dari Al Jazeera.

Pompeo mengatakan dalam sebuah posting Twitter bahwa ia membahas dengan penguasa kerajaan Bahrain hanya tentang "pentingnya membangun perdamaian dan stabilitas regional" dan "melawan pengaruh buruk Iran".

Manama yang pertama kali menyambut pemulihan hubungan UEA dengan Israel, dianggap oleh beberapa pengamat akan menjadi pelapor untuk mengikuti jejak UEA. Hubungan Manama dengan Israel terakhir terjalin pada 1990-an.




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×