Sumber: Reuters | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - WASHINGTON. Amerika Serikat mengeluarkan peraturan baru tentang pengetatan pedoman visa bagi wartawan asal China. AS mengatakan langkah itu dilakukan sebagai balasan atas perlakuan terhadap wartawan AS di China, sebuah perubahan yang terjadi di tengah ketegangan antara kedua negara mengenai pandemi virus corona.
Mengutip Reuters, Sabtu (9/5), AS dan China terlibat dalam serangkaian tindakan pembalasan yang melibatkan wartawan dalam beberapa bulan terakhir.
Baca Juga: Laporan intelijen: Skenario terburuk, China harus siap konfrontasi senjata dengan AS
Pada Maret, China mengusir jurnalis dari tiga surat kabar AS, sebulan setelah AS mengatakan akan mulai memperlakukan lima entitas media yang dikelola pemerintah China dengan operasi AS yang sama dengan kedutaan asing.
Sehari setelah putusan AS tentang entitas yang dikelola negara, China mengusir tiga koresponden Wall Street Journal, dua orang Amerika dan seorang dari Australia menyusul penerbitan kolom opini yang dikecam China karena dinilai rasis.
Dalam mengeluarkan peraturan baru pada Jumat kemarin, Departemen Keamanan Dalam Negeri (DHS) mengutip "penindasan jurnalis independen China"
Dalam peraturan baru yang akan mulai berlaku Senin ini akan membatasi visa bagi wartawan China selama 90 hari, dengan opsi perpanjangan. Visa semacam itu biasanya terbuka dan tidak perlu diperpanjang kecuali karyawan tersebut pindah ke perusahaan atau media lain.
Seorang pejabat senior DHS yang enggan disebut namanya mengatakan, aturan baru akan memungkinkan departemen untuk memeriksa aplikasi visa wartawan China lebih sering dan kemungkinan akan mengurangi jumlah wartawan China di Amerika Serikat secara keseluruhan.
"Ini akan menciptakan perlindungan keamanan nasional yang lebih besar," kata pejabat itu.
Namun, DHS menyebut aturan baru tidak akan berlaku untuk wartawan dengan paspor dari Hong Kong atau Makau, dua wilayah semi-otonomi China.
Ketegangan antara Amerika Serikat dan China meningkat dalam beberapa bulan terakhir karena virus corona yang menewaskan lebih dari 269.000 orang di seluruh dunia hingga saat ini, menurut penghitungan Reuters.
Baca Juga: Xi Jinping: Virus tak mengenal batasan, tak ada negara yang kebal pandemi corona
Presiden Donald Trump mengatakan pada akhir April bahwa dia yakin virus corona mungkin berasal dari laboratorium virologi China, tetapi menolak untuk menjelaskan bukti, membuat ketegangan ketegangan dengan Beijing meningkat.
Institut Virologi Wuhan yang didukung negara China menolak tuduhan tersebut. Kebanyakan ahli percaya bahwa virus itu berasal dari pasar yang menjual satwa liar di Wuhan.