kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.425.000   10.000   0,41%
  • USD/IDR 16.643   -42,00   -0,25%
  • IDX 8.617   68,26   0,80%
  • KOMPAS100 1.189   7,78   0,66%
  • LQ45 855   3,60   0,42%
  • ISSI 305   2,18   0,72%
  • IDX30 439   -0,22   -0,05%
  • IDXHIDIV20 509   2,81   0,56%
  • IDX80 133   0,64   0,48%
  • IDXV30 139   1,08   0,78%
  • IDXQ30 140   0,30   0,22%

Banjir dan Longsor di Indonesia, Malaysia, Thailand Menewaskan Hampir 800 Orang


Selasa, 02 Desember 2025 / 15:35 WIB
Diperbarui Selasa, 02 Desember 2025 / 15:38 WIB
Banjir dan Longsor di Indonesia, Malaysia, Thailand Menewaskan Hampir 800 Orang
ILUSTRASI. Indonesia, Malaysia, Thailand hadapi bencana siklon 2025. Data terbaru 604 korban jiwa di Indonesia, ribuan terdampak. Prioritas: evakuasi ANTARA FOTO/Muhammad Irsal/Lmo/foc.


Sumber: Reuters | Editor: Handoyo

KONTAN.CO.ID - PALEMBAYAN, SUMATERA BARAT. Jumlah korban tewas akibat banjir dan tanah longsor yang dipicu siklon di Indonesia mencapai 604 orang pada Senin (1/12/2025), ketika cuaca mulai membaik dan tim penyelamat berupaya membuka akses jalan serta mengevakuasi korban.

Secara keseluruhan, bencana yang melanda Asia Tenggara itu telah merenggut hampir 800 jiwa.

Indonesia, Malaysia, dan Thailand mengalami kerusakan parah setelah badai tropis langka yang terbentuk di Selat Malaka memicu hujan deras dan angin kencang selama sepekan, menghambat upaya penyelamatan serta evakuasi warga yang terjebak banjir dan longsor.

Menurut data resmi, sedikitnya 176 orang tewas di Thailand dan tiga orang di Malaysia, sementara di Indonesia 464 orang masih dinyatakan hilang.

Ribuan Rumah Rusak, Warga Berusaha Selamatkan Harta Benda

Di bawah langit cerah di Palembayan, Sumatra Barat, ratusan warga membersihkan jalan dari lumpur, pohon tumbang, dan puing-puing rumah, sambil mencoba menyelamatkan dokumen penting serta kendaraan bermotor yang tertimbun.

Sejumlah kendaraan bak terbuka melintas sambil mencari anggota keluarga yang hilang dan membagikan air minum. Sementara itu, tim penyelamat berpakaian loreng menyisir puing-puing bangunan dan kendaraan rusak.

Baca Juga: Topan Ditwah Terjang Sri Lanka: 46 Tewas, 23 Hilang, Ribuan Mengungsi

“Ini dulu rumah orang tua saya, saudara saya, juga tempat penggilingan padi saya. Semua hilang,” ujar Muhammad Rais, warga Palembayan yang kehilangan dua anggota keluarga.

“Kami tidak punya apa-apa lagi,” tambahnya.

Badan penanggulangan bencana menyebut lebih dari 28.000 rumah rusak di Indonesia, dan 1,5 juta orang terdampak.

Presiden Prabowo: “Bangsa Kita Mampu Mengatasi Ini”

Presiden Indonesia Prabowo Subianto mengunjungi tiga provinsi terdampak dan menyampaikan apresiasi kepada warga atas ketangguhan mereka menghadapi bencana yang ia sebut sebagai "katastrofe".

“Ada jalan yang masih terputus, tapi kami melakukan segala upaya untuk mengatasinya,” kata Prabowo di Sumatra Utara.

“Kita menghadapi bencana ini dengan ketangguhan dan solidaritas. Bangsa kita kuat dan mampu mengatasinya,” ujarnya.

Pemerintah menargetkan pemulihan jalan, jembatan, dan layanan telekomunikasi sebagai prioritas awal pemulihan.

Dampak Iklim Ekstrem di Asia Tenggara Makin Terlihat

Bencana terbaru ini datang setelah berbulan-bulan cuaca ekstrem melanda Asia Tenggara, termasuk topan di Filipina dan Vietnam serta banjir berkepanjangan di berbagai negara.

Para ilmuwan telah memperingatkan bahwa perubahan iklim global akan meningkatkan frekuensi dan intensitas bencana cuaca ekstrem.

Di Palembayan, deretan rumah roboh, kendaraan hancur berserakan, dan sepeda motor menumpuk akibat longsor dan arus banjir yang deras. Tim penyelamat tampak mengevakuasi jenazah dari area pedesaan yang kini tertutup puing, pohon tumbang, dan perabotan rumah.

Malaysia Waspadai Banjir Susulan, Ribuan Mengungsi

Di Malaysia, sebanyak 11.600 warga masih bertahan di tempat pengungsian. Pemerintah tetap waspada menghadapi kemungkinan gelombang banjir kedua dan ketiga.

Baca Juga: Korban Tewas Akibat Banjir di Asia Tenggara Tembus 183 Jiwa, Evakuasi Terus Dikebut

Thailand: 3 Juta Orang Terdampak, Pemerintah Dikecam Lambat

Di Thailand, jumlah korban tewas meningkat menjadi 176 orang akibat banjir di delapan provinsi selatan, yang berdampak pada sekitar 3 juta orang. Pemerintah mengerahkan militer untuk mengevakuasi pasien kritis dan warga yang terisolasi.

Di provinsi Songkhla, yang paling parah terdampak dengan 138 korban tewas, layanan air sudah dipulihkan 85% dan ditargetkan berfungsi penuh pada Rabu.

Banjir terburuk terpusat di Hat Yai, kota perdagangan utama, yang pada 21 November menerima 335 milimeter hujan, angka harian tertinggi dalam 300 tahun, disusul hujan deras berhari-hari.

Perdana Menteri Anutin Charnvirakul menargetkan warga dapat kembali ke rumah dalam waktu tujuh hari. Namun, krisis ini telah menurunkan popularitasnya menjelang pemilu akhir Januari, dengan kritik publik terkait respons pemerintah yang dianggap lamban.

“Saya tidak memikirkan dukungan politik. Saya hanya memikirkan bagaimana membantu rakyat,” ujarnya.

Selanjutnya: Bank Ganesha Buka Cabang Baru di Denpasar: Dorong Ekonomi Bali

Menarik Dibaca: Tanda-Tanda Seseorang Mengalami Trust Issue, Suka Overthinking




TERBARU
Kontan Academy
Mitigasi, Tips, dan Kertas Kerja SPT Tahunan PPh Coretax Orang Pribadi dan Badan Supply Chain Management on Practical Inventory Management (SCMPIM)

[X]
×