Penulis: Prihastomo Wahyu Widodo
KONTAN.CO.ID - Bank Dunia dalam laporan terbaru yang dirilis hari Senin (15/4) menunjukkan, separuh dari 75 negara termiskin di dunia kini berada kondisi yang lebih miskin dari sebelumnya.
Bank Dunia mencatat, separuh negara itu mengalami kesenjangan pendapatan yang semakin lebar dengan negara-negara terkaya untuk pertama kalinya pada abad ini. Bank Dunia menyebut kondisi ini sebagai kemunduran dalam sejarah pembangunan.
Menurut laporan tersebut, perbedaan antara pertumbuhan pendapatan per kapita di negara-negara termiskin dan terkaya telah melebar selama lima tahun terakhir.
"Untuk pertama kalinya, kita melihat tidak ada konvergensi. Mereka semakin miskin. Kami melihat kemunduran struktural yang sangat serius, suatu pembalikan di dunia," kata Ayhan Kose, wakil kepala ekonom Bank Dunia, kepada Reuters.
Laporan Bank Dunia mengatakan, 75 negara yang memenuhi syarat untuk menerima hibah dan pinjaman tanpa bunga dari Asosiasi Pembangunan Internasional (IDA) Bank Dunia berisiko kehilangan satu dekade pembangunan.
Baca Juga: Harga Minyak Naik, Dipicu Meningkatnya Ketegangan Geopolitik di Timur Tengah
Negara Miskin Semakin Miskin
Lebih dari separuh negara IDA berada di Afrika Sub-Sahara, 14 berada di Asia Timur dan 8 berada di Amerika Latin dan Karibia.
Tiga puluh satu di antaranya memiliki pendapatan per kapita kurang dari US$1.315 per tahun. Negara-negara tersebut termasuk Republik Demokratik Kongo, Afghanistan dan Haiti.
Kose menjelaskan, pertumbuhan dalam kelompok negara-negara termiskin di dunia itu mulai melambat bahkan sebelum pandemi Covid-19 melanda dunia awal tahun 2020.
Bank Dunia melihat adanya pertumbuhan ekonomi tipis, hanya mencapai 3,4% pada periode tahun 2020-2024. Angka itu jadi pertumbuhan setengah dekade terlemah sejak awal tahun 1990an.
Baca Juga: PBB Ingatkan Bahaya Kerusakan Iklim: Dunia Hanya Punya Waktu Dua Tahun
Invasi Rusia ke Ukraina, perubahan iklim, serta meningkatnya konflik juga secara signifikan membebani perekonomian negara-negara tersebut.
Satu dari tiga negara IDA saat ini lebih miskin dibandingkan pada saat sebelum pandemi terjadi. Negara-negara IDA mencakup 92% penduduk dunia yang tidak memiliki akses terhadap makanan bergizi dan terjangkau dalam jumlah yang cukup.
Menurut Bank Dunia, separuh dari negara-negara tersebut berada dalam kesulitan utang, yang berarti mereka tidak mampu membayar utang atau berisiko tinggi tidak mampu membayarnya.
"Diperlukan kebijakan yang ambisius untuk mempercepat investasi, termasuk upaya dalam negeri untuk memperkuat kebijakan fiskal, moneter dan keuangan, serta reformasi struktural untuk meningkatkan pendidikan dan meningkatkan pendapatan dalam negeri," kata Kose.
Bank Dunia berharap dapat menambah dana IDA secara besar-besaran pada bulan Desember tahun ini.