kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.350.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Bank Dunia: Perang di Ukraina akan Memperlambat Pertumbuhan Ekonomi Asia


Selasa, 05 April 2022 / 12:27 WIB
Bank Dunia: Perang di Ukraina akan Memperlambat Pertumbuhan Ekonomi Asia
ILUSTRASI. Indeks Hang Seng di Hong Kong, China, 24 Februari 2022.


Sumber: AP | Editor: Prihastomo Wahyu Widodo

KONTAN.CO.ID - WASHINGTON. Laporan terbaru Bank Dunia yang dirilis Selasa (5/4) menyebutkan, perang di Ukraina akan memperlambat pertumbuhan ekonomi Asia.

Gangguan pasokan komoditas, ketegangan keuangan, dan harga yang lebih tinggi adalah beberapa faktor penyebab pertumbuhan ekonomi Asia melambat.

Bank Dunia juga memprediksikan, ada peningkatan angka kemiskinan di kawasan Asia-Pasifik tahun ini. Kondisi tersebut akan menjadi masalah baru bagi masyarakat dan ekosistem bisnis.

Dilansir dari Associated Press, Bank Dunia sebelumnya memperkirakan, pertumbuhan ekonomi Asia tahun ini 5%, turun dari perkiraan awal sebesar 5,4%.

Hanya, melalui berbagai skenario yang mungkin terjadi di masa mendatang, Bank Dunia kemudian menurunkan perkiraannya menjadi 4% saja.

Sebelum perang pecah di Ukraina, kawasan ini sempat mengalami rebound ke pertumbuhan 7,2% pada 2021.

Baca Juga: Rusia Diserang Inflasi dan Penurunan Nilai Mata Uang Selama Perang

Kekuatan ekonomi terbesar di Asia, yakni China, bahkan pertumbuhannya hanya 5%. Pertumbuhan ekonomi China tahun ini jauh lebih lambat dari tahun lalu yang mencapai 8,1%.

Laporan Bank Dunia secara jelas menyebutkan, invasi Rusia ke Ukraina telah berperan dalam menaikkan harga minyak, gas, dan komoditas lainnya. 

Hal ini kemudian menekan daya beli rumahtangga, serta membebani bisnis dan pemerintah yang sudah menghadapi tingkat utang yang luar biasa tinggi akibat pandemi Covid-19.

Bank Dunia menggarisbawahi tiga hal yang berpotensi memperlambat pertumbuhan ekonomi Asia. Yakni, perang, perubahan kebijakan moneter di AS dan beberapa negara lain, serta perlambatan ekonomi China.

Baca Juga: Aktivitas Pabrik di China Terkontraksi Akibat Melonjaknya Kasus Covid-19

Bank Dunia melihat, sebagian besar negara Asia masih tertinggal dalam pemulihannya dari pandemi. Kondisi ini juga berlaku pada China yang mulai merasakan tekanan baru dari keputusan lockdown di Shanghai, kota terbesar di negara itu.

Kondisi ekonomi yang melambat akan semakin goyah dengan kemunculan gelombang Covid-19 baru. Jika terus berlanjut, keadaan ini akan memengaruhi banyak negara Asia yang perdagangannya bergantung pada permintaan dari China.

"Guncangan ini kemungkinan akan memperbesar kesulitan pasca Covid. Sebanyak 8 juta juta rumahtangga yang jatuh ke dalam kemiskinan selama pandemi, akan melihat pendapatan riil menyusut lebih jauh karena harga melonjak," tulis laporan Bank Dunia.

Laporan Bank Dunia mencatat, ekonomi Asia secara umum telah tumbuh lebih baik selama gelombang varian Delta tahun lalu. Rata-rata negara dengan tingkat vaksinasi 1 poin persentase lebih tinggi juga memiliki pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi.




TERBARU

[X]
×