Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Dina Hutauruk
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Arah angin kebijakan pembiayaan sektor perbankan internasional terhadap industri berbasis Sumber Daya Alam (SDA) telah mengalami perubahan sejak Donald Trump menjabat presiden Amerika Serikat (AS) untuk periode kedua.
Sejumlah bank besar global ramai-ramai kelaur dari keanggotan Net-Zero Banking Alliance (NZBA). Koalisi perbankan global yang berada di bawah payung Glasgow Financial Alliance for Net Zero (GFANZ) dibentuk untuk menyelaraskan portofolio dengan target nol emisi 2050,
Aliansi yang pernah beranggotakan lebih dari 140 bank dengan aset US$ 74 triliun mulai goyah sejak akhir 2024, dipicu hasil pemilu AS dan tekanan politik Partai Republik terhadap apa yang disebut kapitalisme woke.
Awal 2025 menjadi titik balik. Melansir laporan Bloomberg yang dikutip Rabu (1/10), enam bank besar AS, JPMorgan Chase, Citigroup, Bank of America, Morgan Stanley, Wells Fargo, dan Goldman Sachs, keluar beruntun.
Gelombang keluar meluas ke Eropa. HSBC hengkang pada Juli 2025, disusul Barclays dan UBS. Barclays menyebut keanggotaan tidak lagi relevan setelah banyak bank besar mundur. Bahkan manajer aset seperti BlackRock pun menjaga jarak dari inisiatif serupa.
Baca Juga: Macquarie Asset Bakal Jual Perusahaan Gas Industri Korea Selatan
Alasan keluarnya anggota beragam, mulai dari tekanan politik, standar yang tidak seragam, hingga risiko hukum. Ironisnya, laporan menunjukkan bank-bank yang mundur justru meningkatkan pendanaan untuk proyek minyak dan gas sepanjang 2024–2025.
Hengkang dari NZBA juga dilakukan perbankan di Asia dan Australia. Sumitomo Mitsui Financial Group (SMFG) dari Jepang serta Macquarie Group dari Australia juga memutuskan hengkang.
Di Indonesia, sempat muncul desakan agar perbankan menghentikan pendanaan ke sektor pertambangan. Namun, Menteri ESDM Bahlil Lahadalia menegaskan Presiden Prabowo Subianto justru mengarahkan bank nasional untuk tetap membiayai proyek hilirisasi.
Sementara itu, meski banyak bank internasional keluar dari Net-Zero Banking Alliance (NZBA), mereka menyatakan komitmen iklim tetap sama, termasuk target emisi nol bersih pada 2050 untuk seluruh portofolio.
Macquarie Group menjadi bank Australia pertama yang mundur dari NZBA. Sejak 2022, Macquarie mengklaim telah memiliki strategi dekarbonisasi sendiri sehingga tidak lagi membutuhkan kerangka kerja aliansi tersebut.
Baca Juga: HSBC Putus Hubungan dengan Nasabah Kaya Timur Tengah di Swiss
“Dengan fondasi tersebut, seperti banyak rekan kami, Macquarie tidak lagi menjadi anggota NZBA, karena kami fokus memperbarui dan melaksanakan rencana kami,” dikutip dari keterangan Macquarie Group, Rabu (1/10).
Awalnya, anggota NZBA berkomitmen menetapkan target berbasis sains, melaporkan emisi termasuk yang dibiayai melalui kredit dan investasi, serta menyelaraskan bisnis dengan jalur 1,5°C. Namun, kewajiban pelaporan yang semakin ketat dan standar pihak ketiga seperti Science Based Targets initiative (SBTi) dinilai memberatkan banyak bank.
Tekanan politik turut mempercepat keluarnya anggota. Di AS, Partai Republik di bawah Donald Trump gencar mengkampanyekan anti-ESG dan memperingatkan risiko hukum bagi lembaga keuangan yang tetap terlibat.
Nasib NZBA kini dipertanyakan, sekaligus mencerminkan rapuhnya konsensus global dalam menyatukan kepentingan iklim, politik, dan bisnis. Dari yang semula dianggap penting untuk menyatukan arah global, strategi nol emisi kini lebih ditentukan oleh kebijakan masing-masing institusi yang memberi fleksibilitas, tetapi juga memicu fragmentasi dan melemahkan kredibilitas komitmen iklim internasional.