kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.564.000   4.000   0,26%
  • USD/IDR 16.305   -35,00   -0,22%
  • IDX 7.080   122,90   1,77%
  • KOMPAS100 1.053   23,69   2,30%
  • LQ45 827   25,88   3,23%
  • ISSI 213   1,79   0,85%
  • IDX30 425   13,62   3,31%
  • IDXHIDIV20 508   17,23   3,51%
  • IDX80 120   2,84   2,41%
  • IDXV30 124   2,46   2,02%
  • IDXQ30 140   4,41   3,25%

Bank Sentral China Injek Likuiditas Rp 2.131 Triliun ke Pasar Keuangan


Rabu, 15 Januari 2025 / 22:30 WIB
Bank Sentral China Injek Likuiditas Rp 2.131 Triliun ke Pasar Keuangan
ILUSTRASI. Seorang wanita yang mengenakan masker berjalan melewati kantor pusat Bank Rakyat Tiongkok, bank sentral, di Beijing, Tiongkok, saat negara tersebut dilanda wabah virus corona baru, 3 Februari 2020. REUTERS


Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Dina Hutauruk

KONTAN.CO.ID - BEIJING. Bank sentral China menyuntikkan likuiditas jangka pendek ke dalam sistem keuangan sebesar 958,4 miliar yuan atau setara Rp 2.131,4 triliun. Injeksi dana  itu dilakukan melalui seven-day reverse repurchase agreements (reverse repo) dalam operasi pasar terbuka harian.

Jumlah tersebut merupakan yang tertinggi kedua yang pernah tercatat dalam data yang dihimpun oleh Bloomberg sejak 2004. Melansir Bloomberg, Rabu (15/1), operasi tersebut bertujuan untuk meningkatkan dukungan likuiditas di tengah tekanan kas menjelang liburan Tahun Baru Imlek.

The People’s Bank of China (PBOC) mengatakan, transaksi reverse repo tersebut akan mengimbangi dampak dari berakhirnya pinjaman jangka menengah, musim puncak pembayaran pajak, serta permintaan uang tunai menjelang libur Imlek, sekaligus menjaga kecukupan likuiditas sistem perbankan, 

Dukungan likuiditas yang signifikan tersebut akan menjadi angin segar bagi bank-bank di China yang mengalami krisis kas awal pekan ini. 

Baca Juga: Setengah Juta Pengguna TikTok Bergabung, Apa Itu Aplikasi RedNote?

Seperti diketahui, tekanan yuan telah menambah tekanan likuiditas perbankan di China. Krisis kas telah mendorong tingkat pendanaan antarbank dalam satu minggu hingga awal pekan ini naik ke level tertinggi dalam lebih dari setahun. 

Sebelumnya, pasar khawatir bahwa dukungan bank sentral terhadap likuiditas terhadap sistem keuangan akan terbatas di tengah tekad PBOC yang semakin kuat untuk menstabilkan yuan.

Lynn Song, Kepala Ekonom ING Bank memperkirakan bahwa bank sentral China kemungkinan akan terus meningkatkan operasi pasar terbuka pada tahun 2025. 

“Pasalnya, PBOC berusaha untuk memperluas penggunaan alat-alat ini sebagai bagian dari perangkat kebijakan moneter mereka,” ujar Song. 

Perjanjian reserve repo  itu menurutnya merupakan cara untuk mempengaruhi lingkungan likuiditas tanpa harus membuat perubahan besar pada tingkat suku bunga utama dan rasio persyaratan cadangan. 

Baca Juga: Gara-gara Taiwan, China Balas Masukkan Perusahaan Pertahanan AS ke Daftar Hitam

Perjanjian reverse repo ini sebagian menggantikan berakhirnya pembiayaan jangka menengah satu bulan yang akan jatuh tempo sebesar  955 miliar yuan.

Dalam beberapa bulan terakhir, PBOC telah mengalihkan fokus dari alat kebijakan utama yang disebut MLF (Medium-Term Lending Facility) dan suku bunganya, ke suku bunga reverse repo tujuh hari untuk mengarahkan biaya pinjaman di pasar.

Selanjutnya: Wall Street Dibuka Naik Rabu (15/10), Setelah Data Inflasi dan Laba Bank yang Kuat

Menarik Dibaca: Lavalen Medica dan Prof. Xanya Sofra Hadirkan Teknologi Infinity Gym


Tag

TERBARU
Kontan Academy
Bond Voyage Mastering Strategic Management for Business Development

[X]
×