kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45897,60   5,02   0.56%
  • EMAS1.332.000 0,60%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Bank Sentral China pangkas suku bunga acuannya jadi 2,5%


Senin, 18 November 2019 / 19:50 WIB
Bank Sentral China pangkas suku bunga acuannya jadi 2,5%
ILUSTRASI. FILE PHOTO: A woman walks past the headquarters of the People's Bank of China (PBOC), the central bank, in Beijing, June 21, 2013. REUTERS/Jason Lee/File Photo


Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - SHANGHAI. Bank Sentral China atau People's Bank of China (PBOC) secara tak terduga memangkas suku bunga pinjaman antarbank untuk pertama kalinya sejak Oktober 2015. PBOC memangkas suku bunga 7-Days Reverse Repurchase Rate menjadi 2,5% dari 2,55%.

Pelonggaran pertama dalam 4 tahun terakhir terkait instrumen likuiditas ini dilakukan untuk mendukung pasar obligasi China. Keputusan tersebut diambil hanya berselang dua minggu setelah PBOC memangkas biaya pinjaman untuk medium-term lending facility (MLF), yang digunakan oleh bank untuk kebutuhan pendanaan yang lebih lama dengan margin yang sama.

Baca Juga: Tentara China sempat turun ke jalan-jalan di Hong Kong, ada apa?

Pemangkasan keduanya meningkatkan kemungkinan Bank Sentral China untuk memangkas suku bunga pinjaman baru (LPR), di mana banyak digunakan pemberi pinjaman sebagai basis penetapan bunga Kredit Kepemilikan Rumah (KPR).

Menurut analis, pemangkasan tak terduga yang dilakukan pada Senin (18/11) itu menunjukkan bahwa bank sentral berupaya meredakan kekhawatiran investor bahwa inflasi ritel yang lebih tinggi akan mencegahnya memberikan stimulus baru.

Zhou Hao, ekonom Commerzbank Singapura mengatakan penurunan suku bunga repo menunjukkan perubahan kebijakan dalam beberapa bulan mendatang."Ini termasuk beberapa penyesuaian untuk memprioritaskan kebijakan pro-pertumbuhan untuk saat ini," katanya seperti dikutip Reuters.

Baca Juga: Duh, dokumen Pemerintah China yang bocor mengungkap detail kekerasan atas Uighur

Pertumbuhan ekonomi China telah melambat ke level terendah dalam hampir tiga dekade. Data terakhir yang dirilis seperti pertumbuhan kredit dan hasil industri masih mencerminkan perlambatan.

Didorong oleh harga daging babi yang melonjak akibat penyebaran Demam Babi Afrika, inflasi konsumen China naik melampaui target pemerintah sekitar 3% pada Oktober ke laju tercepat dalam hampir delapan tahun.

Itu telah menimbulkan beberapa kekhawatiran PBOC mungkin terkendala dalam upayanya untuk melonggarkan kebijakan. Dalam sebuah laporan yang dirilis Sabtu, PBOC mengatakan akan mempertahankan kebijakan moneter yang hati-hati untuk mencegah penyebaran inflasi.

Baca Juga: Hadang Rakuten, Yahoo Japan dan Line Corp bakal merger

Yan Se, kepala ekonom Founder Securities di Beijing, mengatakan penurunan suku bunga repo menunjukkan bahwa otoritas terbuka untuk menggunakan operasi pasar terbuka yang biasanya digunakan untuk memenuhi kebutuhan dana harian sistem keuangan untuk merangsang pertumbuhan jangka panjang dalam ekonomi riil.

"Bank-bank komersial secara komprehensif mengevaluasi biaya pembiayaan untuk memutuskan LPR, sehingga menurunkan suku bunga repo dapat menjaga stabilitas kebijakan moneter," katanya.

Sementara menurut Zhou dari Commerzbank, dengan keputusan tak terduga itu kemungkinan untuk pemangkasan LPR juga semakin tinggi. Dia melihat ada juga kemungkinan pemangkasan rasio persyaratan cadangan bank (RRR) yang diperkirakan sebelum akhir tahun.

Baca Juga: BKPM: Ada 59 calon investor dari China tertarik merelokasi usahanya ke Jawa Tengah

Pemangkasan suku bunga repo itu mendukung pasar obligasi. Julian Evans-Pritchard, ekonom senior Capital Economics mengatakan, pemangkasan itu adalah langkah untuk menurunkan biaya pendanaan marjinal untuk bank, yang sangat bergantung pada repo sebagai sumber likuiditas jangka pendek.




TERBARU
Kontan Academy
Success in B2B Selling Omzet Meningkat dengan Digital Marketing #BisnisJangkaPanjang, #TanpaCoding, #PraktekLangsung

[X]
×