kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Bank sentral Jepang dipastikan tidak banyak mengubah kebijakan moneter


Kamis, 17 September 2020 / 16:34 WIB
Bank sentral Jepang dipastikan tidak banyak mengubah kebijakan moneter
ILUSTRASI. Bendera Jepang yang berkibar di salah satu distrik bisnis yang ada di Tokyo.


Reporter: Laurensius Marshall Sautlan Sitanggang | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - TOKYO. Bank of Japan (BoJ) memutuskan untuk membiarkan stimulus moneter tidak terlalu agresif. Sementara itu bank sentral meningkatkan proyeksinya tentang ekonomi yang dilanda pandemi. Hal ini dilontarkan setelah Yoshihide Suga mengambil alih kursi Perdana Menteri dan berjanji untuk melanjutkan kebijakan pendahulunya tentang kebijakan moneter dan fiskal. 

BOJ memutuskan untuk mempertahankan suku bunga utamanya di -0,1% dan membiarkan tingkat pembelian aset di level tetap, menurut pernyataan resmi BOJ, Kamis (17/9) seperti dikutip Bloomberg. 

Suga, yang terpilih pada hari Rabu (16/9) untuk jabatan teratas di Jepang, telah menilai bahwa saat ini tidak diperlukan adanya perubahan baru dalam kebijakan BOJ. Lantaran sejauh ini keputusan yang diambil Bank Sentral telah terbukti membantu menjaga pasar keuangan tetap stabil dan mendapatkan respon positif dari pelaku usaha. 

Pada pengumuman kali ini, BOJ juga merevisi penilaian ekonominya dan mengatakan bahwa ekonomi Jepang sudah mulai pulih untuk pertama kalinya sejak virus corona melanda Jepang. 

Baca Juga: Bank of Japan holds fire, sees economic gloom lifting slightly

BOJ juga merevisi pertumbuhan ekonomi tahun ini dan menyebut bahwa iklim ekonomi sudah mulai meningkat ditopang mulai pulihnya aktivitas ekonomi secara bertahap. 

"BOJ telah memainkan perannya dalam memerangi pandemi," kata Ahli Strategi Tokyo Securities, Kazuhiko Sano. 

Dia menambahkan, Perdana Menteri Suga datang dengan menjanjikan kesinambungan, sehingga dalam waktu dekat kebijakan moneter Jepang kemungkinan tidak akan terdampak. 

Adapun, menurut Analis Bloomberg tingkat produk domestik bruto (PDB) Jepang bakal rebound 15,1% di kuartal III ini. Walau terbilang positif, lompatan ini belum cukup untuk menutupi rekor kontraksi dalam tiga bulan hingga Juni 2020 lalu. 

Keputusan BOJ datang hanya beberapa jam setelah Federal Reserve (The Fed) Amerika Serikat (AS) meluncurkan bauran kebijakan terbaru. Fed berkomitmen untuk menjaga inflasi yang di level rata-rat 2% dari waktu ke waktu dan memperkirakan suku bunga mendekati nol akan berlanjut hingga 2023. 

Memang kalau melihat trennya, Fed dan Bank Sentral Eropa terus mengadopsi langkah-langkah pelonggaran baru di tahun ini. 

Tetapi, menurut ekonom dari Deutsche Bank AG, Kentaro Koyama BOJ hanya akan menahan beberapa kebijakan. Hal ini bisa saja berdampak pada penguatan nilai tukar yen. 

"BOJ telah menyusun kebijakan dengan asumsi inflasi rendah jangka panjang dan memiliki ruang minimal untuk tindakan pelonggaran lebih lanut," tulis Koyama dalam laporan resminya.

Selanjutnya: Japan's economy shrinks more than expected in Q2, heightens woes for new leader




TERBARU

[X]
×