Sumber: Yonhap,Yonhap | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - SEOUL. Bank sentral Korea Selatan atawa Bank of Korea (BOK) mempertahankan kebijakan suku bunga di rekor terendah yakni 0,5%. Hal tersebut dilakukan karena dampak dari gelombang ketiga virus corona telah merusak ruang lingkup untuk mempertahankan pemulihan ekonomi di Negeri Ginseng ini.
Seperti yang diharapkan, dewan kebijakan moneter BOK memilih untuk membiarkan suku bunga dasar tetap stabil dalam pertemuan pengaturan suku bunga pertama di tahun 2021 yang digelar Jumat (15/1).
Pada November tahun lalu, BOK juga mempertahankan suku bunga karena ketidakpastian ekonomi meningkat di tengah gejolak kasus virus corona baru.
Seperti diketahui, guna mendukung ekonomi yang dilanda pandemi, BOK memangkas suku bunga acuan ke level terendah sepanjang masa 0,5% pada Mei 2020 setelah memberikan pemotongan suku bunga darurat setengah poin persentase.
Baca Juga: Terus menguat, harga emas nangkring di level US$ 1.851 per ons troi di pasar spot
Para analis mengatakan, ketidakpastian ekonomi telah meningkat karena kasus virus corona setiap hari berkisar sekitar 1.000 dalam beberapa pekan terakhir. Meskipun kini otoritas kesehatan mengatakan bahwa gelombang ketiga tampaknya telah melambat dengan kasus yang berada di kisaran 500 per hari.
Didukung oleh likuiditas yang cukup dan pinjaman murah untuk melawan pandemi, indeks saham acuan Korea Selatan pun melonjak sekitar 30% di tahun lalu.
Namun sisi lain, Gubernur BOK Lee Ju-yeol memperingatkan bahwa bank sentral mengawasi risiko ketidakseimbangan keuangan, dengan mengatakan reli pada pasar saham yang terlalu cepat.
Namun, terlalu dini untuk berbicara tentang normalisasi BOK atas kebijakan moneternya, kata Lee kepada wartawan.
Lee menambahkan, keputusan menahan suku bunga pada hari Jumat dengan suara bulat. Dalam pernyataannya, BOK mengatakan akan mempertahankan pelonggaran kebijakan moneter untuk menopang perekonomian, dengan tetap memperhatikan stabilitas keuangan.
"Perekonomian Korea terus pulih secara moderat. Meskipun konsumsi swasta telah menyusut karena kebangkitan virus corona baru-baru ini, investasi fasilitas terus pulih dan pertumbuhan ekspor meningkat, dipimpin oleh sektor TI," kata BOK.
BOK menambahkan, "akan terus melakukan kebijakan moneter untuk mendukung ekonomi dan menstabilkan inflasi harga konsumen pada level target dalam jangka menengah, sambil memperhatikan stabilitas keuangan."
Baca Juga: Korea Utara pamer rudal baru yang diluncurkan dari kapal selam
“Dalam proses ini dewan moneter akan menilai secara menyeluruh perkembangan terkait Covid-19 serta dampak dari langkah-langkah kebijakan yang diambil dalam menanggapi pandemi tersebut, dengan tetap memperhatikan perubahan kondisi stabilitas keuangan seperti aliran dana ke pasar aset dan utang rumah tangga. pertumbuhan, "katanya.
Meskipun ada tanda-tanda pemulihan dalam ekspor, belanja konsumen yang lebih lemah telah membebani lapangan kerja dan membangun tekanan pada pembuat kebijakan.
Pada Desember 2020, ekspor bulanan naik 12,6% secara tahunan ke angka US$ 51,4 miliar. Ini menandai pertama kalinya sejak November 2018 volume ekspor melampaui angka US$ 50 miliar.
Awal pekan ini, Korea Selatan juga melaporkan kehilangan pekerjaan terbesar pada bulan Desember lalu. Ini juga jadi rekor sejak tahun 1999 karena pandemi melanda pasar tenaga kerja di Korea Selatan.
Sepanjang tahun 2020, jumlah tenaga kerja yang kehilangan pekerjaan di Korea Selatan capai rekor terbesar dalam 22 tahun. Kala itu, Korea Selatan berada di tengah-tengah krisis keuangan Asia yang berlangsung tahun 1997-1998.
Didorong oleh tanda-tanda pemulihan ekspor yang moderat, BOK merevisi prospek pertumbuhan ekonomi 2020 menjadi kontraksi 1,1% pada November tahun lalu, dibandingkan dengan perkiraan sebelumnya yang kontraksi 1,3%.
Baca Juga: Kasus Covid-19 naik terus, pahami cara membedakan gejala corona dengan flu biasa
BOK memperkirakan ekonomi tumbuh 3% pada 2021, lebih tinggi dari proyeksi sebelumnya sebesar 2,8%.
Tekanan inflasi yang rendah di Korea Selatan dan kenaikan harga rumah juga tampaknya mendorong dewan BOK untuk bertahan, kata para analis.