Reporter: Handoyo | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Donald Trump kembali ke Gedung Putih sebagai Presiden ke-47 Amerika Serikat.
Mengutip ladbible.com, Kamala Harris, yang menjadi lawannya dalam pemilu, mengungkapkan bahwa Trump berencana menindak mereka yang masuk dalam “daftar musuh”-nya.
Harris menyatakan bahwa Trump akan menggunakan kekuasaan kepresidenannya untuk mengejar mereka yang ia anggap sebagai penghalang atau lawannya.
Dalam pidato yang disampaikan di White House Ellipse, Harris mengatakan bahwa Trump “berniat untuk menuntut” para individu dalam daftar tersebut.
Baca Juga: Sosok-Sosok yang Berpotensi Masuk Kabinet Donald Trump, Elon Musk Salah Satunya
Pernyataan ini menimbulkan kekhawatiran bahwa Trump mungkin menggunakan jabatannya untuk melancarkan serangan hukum terhadap para tokoh yang pernah menjadi lawan politiknya.
Berikut beberapa tokoh yang mungkin masuk dalam radar pemerintahan Trump.
Joe Biden
Joe Biden akan menyerahkan kekuasaan kepada Trump dalam pelantikan pada Januari 2025.
Hubungan antara Biden dan Trump telah lama memburuk, terutama setelah Trump dituduh terlibat dalam insiden kerusuhan di Gedung Capitol pada 6 Januari 2021.
Trump bersikeras bahwa pemilihan 2020 “dicurangi” untuk memenangkan Biden.
Dia berjanji akan menunjuk jaksa khusus untuk “mengejar presiden paling korup dalam sejarah AS, Joe Biden dan keluarga kriminal Biden”.
Baca Juga: Donald Trump Resmi Terpilih Sebagai Presiden ke-47 Amerika Serikat
Sir Keir Starmer dan Partai Buruh Inggris
Trump juga menunjukkan ketidaksukaannya terhadap Perdana Menteri Inggris Sir Keir Starmer, yang baru menjabat musim panas lalu.
Trump menuduh bahwa Partai Buruh “mengintervensi secara ilegal” dalam pemilu AS dengan mengirimkan sukarelawan untuk berkampanye bagi Demokrat.
Meski kunjungan sukarelawan antar-negara ini bukan hal baru, Trump mengklaim bahwa Partai Buruh telah “mengilhami kebijakan berbahaya Kamala Harris yang sangat liberal”.
Liz Cheney
Selama kampanye pemilihan presiden, Trump melontarkan kritik keras terhadap Liz Cheney, seorang anggota Partai Republik yang vokal menentangnya dan mendukung Harris.
Trump bahkan menyarankan bahwa Cheney “harus merasakan bagaimana rasanya jika senjata diarahkan ke wajahnya”, yang oleh Cheney dianggap sebagai ancaman serius.
Baca Juga: Usai Memenangkan Pemilu, Trump Akan Deportasi 1 Juta Imigran Per Tahun
Kamala Harris
Meski telah mengalahkan Harris dalam pemilihan, Trump mungkin akan mengarahkan langkah hukumnya terhadap Wakil Presiden tersebut.
Selama kampanye, Trump menyebut bahwa Harris seharusnya “dimakzulkan dan dituntut” atas kebijakan pengelolaan perbatasan AS-Meksiko.
Hillary Clinton
Sejak pertama kali bertarung dengan Hillary Clinton pada 2016, Trump kerap menyebutnya sebagai “Crooked Hillary” dan mendorong agar Clinton dipenjara.
Meski selama masa jabatan pertamanya Trump tidak mengambil tindakan serius, kini ia memiliki kesempatan baru untuk menindaklanjuti retorikanya.
Baca Juga: Kamala Harris Belum Akui Kekalahan Saat Trump Melaju Menuju Kemenangan
Barack Obama
Trump juga pernah menuduh mantan Presiden Barack Obama melakukan “pengintaian” terhadap kampanyenya pada 2020, yang ia sebut sebagai tindakan “pengkhianatan”.
Tuduhan ini mencerminkan ketegangan yang masih ada antara kedua tokoh ini.
Dengan kembalinya Trump ke kursi kepresidenan, banyak yang bertanya-tanya apakah ia akan melanjutkan retorikanya terhadap para tokoh ini menjadi tindakan nyata.