kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45895,55   2,12   0.24%
  • EMAS1.333.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Begini ketegangan di Semenanjung Korea 2017, saat AS dan Korea Utara tembak rudal


Rabu, 16 September 2020 / 00:00 WIB
Begini ketegangan di Semenanjung Korea 2017, saat AS dan Korea Utara tembak rudal


Sumber: Yonhap,Yonhap | Editor: S.S. Kurniawan

KONTAN.CO.ID - Amerika Serikat (AS) telah meluncurkan rudal presisi pada 2017 untuk menunjukkan kepada Korea Utara kemampuannya secara tepat menyerang target apa pun di negara komunis itu.

Langkah itu AS lakukan sebagai tanggapan atas uji coba rudal balistik antarbenua (ICBM) Korea Utara yang mampu mencapai negeri uak Sam, menurut jurnalis Washington Post Bob Woodward dalam bukunya berjudul Rage yang rilis Selasa (15/9).

Mengutip berbagai pejabat AS, termasuk Menteri Pertahanan ketika itu James Mattis, Woodward mengatakan, Pasukan AS- Korea Selatan (USFK) kemudian bereaksi dengan rudal taktis yang menempuh jarak 300 kilometer sebelum jatuh ke Laut Timur.

"Itu adalah jarak yang tepat antara titik peluncuran rudal AS dan lokasi uji coba rudal Korea Utara, serta tenda tempat foto satelit menunjukkan Kim Jong Un (Pemimpin Korea Utara) sedang menyaksikan peluncuran rudal," tulis Woodward di bukunya seperti dikutip kantor berita Yonhap.

Baca Juga: Terekam satelit, Korea Utara persiapkan uji coba rudal balistik dari kapal selam

"Artinya, dimaksudkan untuk menjadi jelas: Kim Jong-un perlu khawatir tentang keselamatan pribadinya," kata Woodward yang menambahkan, tidak pernah terkonfirmasi apakah Korea Utara telah menerima pesan tersebut.

Melancarkan serangan pendahuluan

Korea Utara, entah tidak sadar atau acuh tak acuh, Woodward mengatakan, terus meningkatkan provokasinya, meluncurkan ICBM yang lebih kuat selang tiga minggu kemudian pada 28 Juli, yang bisa menempuh jarak 10.000 km dan menghantam sebagian besar Amerika Serikat.

Pada 29 Agustus di tahun yang sama, Korea Utara meluncurkan rudal lain, pelu kendali jarak menengah yang terbang langsung di atas Jepang, yang Woodward gambarkan sebagai "eskalasi yang jelas" dalam provokasi yang "mengubah karakter ancaman".

"Mattis dapat melihat tekanan militer maksimum tidak dirasakan atau dilihat oleh Korea Utara. Dia mulai mencari opsi tanggapan yang lebih agresif dan bertanya-tanya, apakah mereka harus mengambil tindakan pemboman yang sebenarnya di pelabuhan Korea Utara untuk mengirim pesan," tulis Woodward.

Baca Juga: Korea Utara berhasil tembakkan rudal balistik dari kapal selam, Korea Selatan siaga

Bagian awal bukunya, Woodward juga membahas tentang kepusingan Mattis, apakah dia harus membuat keputusan untuk menggunakan senjata nuklir untuk mempertahankan AS dari Korea Utara.

"(Mattis) tidak berpikir bahwa Presiden (Donald) Trump akan melancarkan serangan pendahuluan terhadap Korea Utara, meskipun rencana untuk perang semacam itu masih ada," kata Woodward.

Reporter skandal Watergate itu mengklaim, Komando Strategis AS di Omaha, Nebraska, telah dengan cermat meninjau dan mempelajari Rencana Operasi 5027 (OPLAN 5027), yang katanya, ditujukan untuk "perubahan rezim di Korea Utara" yang mencakup "penggunaan 80 senjata nuklir."

"Ini sangat membebani saya setiap hari. Saya harus mempertimbangkan setiap hari ini bisa terjadi. Ini bukan masalah teoretis," kata Mattis seperti Woodward dalam bukunya.

Selanjutnya: AS: Korea Utara punya hingga 60 bom nuklir dan 5.000 ton senjata kimia




TERBARU
Kontan Academy
Accounting Mischief Practical Business Acumen

[X]
×