Sumber: Reuters | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - RIYADH. Raja Arab Saudi, Salman bin Abdulaziz Al Saud, berada dalam kondisi stabil, setelah dirawat di rumah sakit di ibu kota Riyadh pada hari Senin (20/7). Raja yang kini berusia 84 tahun itu menderita penyakit radang kandung empedu.
Raja Salman, yang sudah naik tahta sejak 2015, tengah menjalani pemeriksaan medis, media pemerintah pada Senin mengutip pernyataan Pengadilan Kerajaan yang mengatakan tanpa perincian lebih lanjut.
Baca Juga: Doa mengalir dari warga Arab Saudi dan warga dunia untuk Raja Salman
Tiga sumber Saudi yang terhubung dengan baik yang menolak untuk diidentifikasi, dua di antaranya berbicara pada Senin malam dan satu pada Selasa, mengatakan kepada Reuters bahwa raja itu "baik-baik saja".
Seorang pejabat di wilayah itu, yang meminta anonimitas, mengatakan dia berbicara dengan salah satu putra Raja Salman pada hari Senin yang tampak tenang dan bahwa tidak ada kepanikan tentang kesehatan raja.
Raja Salman menerima panggilan telepon dari para pemimpin Kuwait, Bahrain dan Yordania pada hari Senin, lapor media pemerintah.
Baca Juga: Raja Salman dirawat di rumahsakit karena radang kandung empedu
Sebuah sumber diplomatik mengatakan penguasa kerajaan secara de facto Putra Mahkota Mohammed bin Salman terbang kembali ke Riyadh pada hari Senin dari istananya di kota NEOM di Laut Merah, membatalkan rencana pertemuan dengan delegasi Irak yang berkunjung.
Raja Salman terakhir berbicara di depan umum pada 19 Maret dalam pidato televisi lima menit tentang pandemi virus corona. Media pemerintah telah menerbitkan foto dan video raja yang memimpin rapat kabinet mingguan online.
Media juga membawa gambar-gambar pangeran mahkota yang menghadiri pertemuan-pertemuan itu secara online.
Baca Juga: Raja Salman Arab Saudi dirawat di rumah sakit, ada apa?
Raja Salman, penjaga situs paling suci Islam, menghabiskan lebih dari dua setengah tahun sebagai putra mahkota Saudi dan wakil perdana menteri dari Juni 2012 sebelum menjadi raja.
Dia juga menjabat sebagai gubernur wilayah Riyadh selama lebih dari 50 tahun.
Dia menamai putranya yang muda, Mohammed, sebagai putra mahkota untuk menjadi yang berikutnya dalam garis takhta setelah kudeta istana 2017 yang menggulingkan Pangeran Mahkota Mohammed bin Nayef.