Sumber: Reuters | Editor: Noverius Laoli
Dua jurnalis konservatif, Edward Pentin (Inggris) dan Diane Montagna (Amerika Serikat), menyusun sebuah buku setebal 200 halaman dalam bahasa Inggris dan Italia yang berjudul The College of Cardinals Report. Buku ini berisi profil 30 kardinal serta pandangan mereka terhadap isu-isu doktrinal dan sosial utama.
Montagna diketahui membagikan buku tersebut kepada para kardinal yang menghadiri pertemuan pra-konklaf.
Pentin menyatakan kepada Reuters bahwa penerbitan buku itu merupakan “layanan bagi Gereja”, dan bahwa penyertaan profil kardinal ultra-konservatif—meskipun dianggap kecil kemungkinannya terpilih—dilakukan agar tersedia ruang bagi “intervensi ilahi” dalam proses konklaf.
Baca Juga: Konklaf Pemilihan Paus Baru Dimulai 7 Mei, Para Kardinal Mulai Berkumpul di Vatikan
Di sisi lain, kelompok muda Katolik progresif dari Eropa utara menerbitkan surat terbuka yang menyerukan kepada para kardinal untuk memilih sosok yang akan melanjutkan reformasi Paus Fransiskus. Dalam surat itu mereka menyebut, Fransiskus telah “membuka pintu, mendobrak tabu.”
Isu lain yang turut dimanfaatkan adalah skandal pelecehan seksual dalam Gereja Katolik. Sejumlah kelompok menggelar konferensi pers di Roma untuk menunjukkan bahwa krisis ini belum berakhir dan untuk menilai rekam jejak beberapa kardinal pemilih dalam menangani isu tersebut.
Simbolisme dan Aksi Publik
Dalam setiap putaran pemungutan suara di konklaf, hasilnya akan diumumkan melalui asap yang keluar dari cerobong asap Kapel Sistina: putih jika paus telah terpilih, dan hitam jika belum.
Namun, isyarat paling mencolok mungkin datang dari Konferensi Penahbisan Wanita, sebuah kelompok yang memperjuangkan imamat bagi perempuan. Mereka berencana mengeluarkan asap merah muda dari sebuah bukit dekat Vatikan beberapa jam sebelum konklaf dimulai.
Baca Juga: Profil Kardinal Ignatius Suharyo, Perwakilan Indonesia di Konklaf Pemilihan Paus Baru
“Pengecualian wanita dari konklaf, dan dari pelayanan yang ditahbiskan, adalah dosa dan skandal,” ujar direktur eksekutif Kate McElwee dalam sebuah pernyataan.
“Sekelompok pria yang ditahbiskan bertemu secara tertutup untuk membuat keputusan penting tentang masa depan gereja adalah 'klub pria tua' yang biasa.”