kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.931.000   26.000   1,36%
  • USD/IDR 16.496   -20,00   -0,12%
  • IDX 6.889   56,70   0,83%
  • KOMPAS100 999   8,56   0,86%
  • LQ45 774   6,23   0,81%
  • ISSI 220   2,40   1,10%
  • IDX30 401   2,33   0,58%
  • IDXHIDIV20 475   1,70   0,36%
  • IDX80 113   0,98   0,88%
  • IDXV30 115   0,18   0,15%
  • IDXQ30 131   0,69   0,53%

Berbagai Upaya Pengaruhi Konklaf Pemilihan Paus, Mulai Rumor Hingga Asap Merah Muda


Senin, 05 Mei 2025 / 21:11 WIB
Berbagai Upaya Pengaruhi Konklaf Pemilihan Paus, Mulai Rumor Hingga Asap Merah Muda
Seseorang berjalan melewati gambar-gambar mendiang Paus Fransiskus, menjelang konklaf untuk memilih paus berikutnya, di dekat Vatikan, di Roma, Italia, 5 Mei 2025. REUTERS/Murad Sezer


Sumber: Reuters | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID - VATIKAN. Sepanjang sejarah Gereja Katolik, berbagai upaya dari pihak luar telah dilakukan untuk memengaruhi hasil konklaf pemilihan paus, baik oleh raja-raja Eropa, keluarga bangsawan Italia, maupun warga Roma yang pernah turun ke jalan demi mendukung kandidat pilihan mereka.

Di era modern, pengaruh tersebut datang dalam bentuk baru melalui media sosial, wawancara televisi dan surat kabar, konferensi pers, surat terbuka, hingga aksi simbolik seperti asap merah muda.

Kampanye untuk memengaruhi hasil konklaf dimulai segera setelah diumumkannya wafatnya Paus Fransiskus pada hari Senin Paskah. Kampanye ini diperkirakan akan berakhir pada Rabu sore saat para kardinal pemilih resmi dikarantina dan tidak lagi memiliki akses ke dunia luar hingga paus baru terpilih.

Baca Juga: Benarkah Kardinal Suharyo Ikut Konklaf Pemilihan Paus Baru di Vatikan? Cek Jawabannya

Dua peristiwa menonjol dalam beberapa hari terakhir dianggap sebagai upaya yang disengaja untuk menjatuhkan kandidat kuat dengan cara-cara yang licik.

Salah satu peristiwa terjadi Kamis lalu, ketika media sosial Katolik konservatif di Amerika Serikat serta situs berita konservatif di Italia menyebarkan kabar bahwa Kardinal Pietro Parolin—yang termasuk dalam jajaran kandidat terdepan mengalami gangguan kesehatan dan harus menjalani perawatan selama satu jam.

Juru bicara Vatikan membantah laporan tersebut secara tegas dan menyebutnya tidak benar. Media Italia menilai bahwa kabar itu merupakan usaha untuk “meracuni” peluang Parolin dengan menyiratkan bahwa kondisi fisiknya tidak memungkinkan untuk menjalankan tugas sebagai paus. 

Kardinal Francesco Coccopalmerio menyatakan kepada salah satu surat kabar Italia, “Ini adalah upaya yang jelas untuk menghukum Parolin.”

Baca Juga: Akankah Kardinal Pilih Paus dari Luar Lingkaran Vatikan Seperti Fransiskus?

Beberapa hari setelah wafatnya Paus Fransiskus, video lama dari tahun 2019 yang memperlihatkan Kardinal Luis Antonio Tagle dari Filipina menyanyikan potongan lagu "Imagine" karya John Lennon kembali muncul di media sosial.

Kalangan konservatif Katolik dari Amerika Serikat dan Italia mengecam Tagle dan menyebut aksinya sebagai bid’ah. 

Salah satu situs tradisionalis Italia bahkan menulis: “Apakah ini yang kita inginkan sebagai paus?” Para pendukung Tagle membela sang kardinal, dengan menyatakan bahwa lagu yang dinyanyikannya hanyalah cuplikan pendek yang tidak memuat lirik tentang ketiadaan surga dan agama.

“Dari kanan dan dari kiri, berita palsu tentang kemungkinan paus menyebar luas,” tulis Paolo Rodari, komentator Vatikan dari radio dan televisi RSI Swiss.

Kardinal di Vatikan

Dorongan dari Kaum Konservatif

Dua jurnalis konservatif, Edward Pentin (Inggris) dan Diane Montagna (Amerika Serikat), menyusun sebuah buku setebal 200 halaman dalam bahasa Inggris dan Italia yang berjudul The College of Cardinals Report. Buku ini berisi profil 30 kardinal serta pandangan mereka terhadap isu-isu doktrinal dan sosial utama.

Montagna diketahui membagikan buku tersebut kepada para kardinal yang menghadiri pertemuan pra-konklaf. 

Pentin menyatakan kepada Reuters bahwa penerbitan buku itu merupakan “layanan bagi Gereja”, dan bahwa penyertaan profil kardinal ultra-konservatif—meskipun dianggap kecil kemungkinannya terpilih—dilakukan agar tersedia ruang bagi “intervensi ilahi” dalam proses konklaf.

Baca Juga: Konklaf Pemilihan Paus Baru Dimulai 7 Mei, Para Kardinal Mulai Berkumpul di Vatikan

Di sisi lain, kelompok muda Katolik progresif dari Eropa utara menerbitkan surat terbuka yang menyerukan kepada para kardinal untuk memilih sosok yang akan melanjutkan reformasi Paus Fransiskus. Dalam surat itu mereka menyebut, Fransiskus telah “membuka pintu, mendobrak tabu.”

Isu lain yang turut dimanfaatkan adalah skandal pelecehan seksual dalam Gereja Katolik. Sejumlah kelompok menggelar konferensi pers di Roma untuk menunjukkan bahwa krisis ini belum berakhir dan untuk menilai rekam jejak beberapa kardinal pemilih dalam menangani isu tersebut.

Simbolisme dan Aksi Publik

Dalam setiap putaran pemungutan suara di konklaf, hasilnya akan diumumkan melalui asap yang keluar dari cerobong asap Kapel Sistina: putih jika paus telah terpilih, dan hitam jika belum.

Namun, isyarat paling mencolok mungkin datang dari Konferensi Penahbisan Wanita, sebuah kelompok yang memperjuangkan imamat bagi perempuan. Mereka berencana mengeluarkan asap merah muda dari sebuah bukit dekat Vatikan beberapa jam sebelum konklaf dimulai.

Baca Juga: Profil Kardinal Ignatius Suharyo, Perwakilan Indonesia di Konklaf Pemilihan Paus Baru

“Pengecualian wanita dari konklaf, dan dari pelayanan yang ditahbiskan, adalah dosa dan skandal,” ujar direktur eksekutif Kate McElwee dalam sebuah pernyataan. 

“Sekelompok pria yang ditahbiskan bertemu secara tertutup untuk membuat keputusan penting tentang masa depan gereja adalah 'klub pria tua' yang biasa.”

Selanjutnya: Delegasi ZEEA Zanzibar Lakukan Benchmarking Pemberdayaan Ekonomi di PNM​

Menarik Dibaca: Sinopsis Spring of Youth, Drakor Romance Remaja Terbaru di Netflix



TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Practical Inventory Management (SCMPIM) Negotiation Mastery

[X]
×