kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.533.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.199   95,00   0,58%
  • IDX 6.984   6,63   0,09%
  • KOMPAS100 1.040   -1,32   -0,13%
  • LQ45 817   -1,41   -0,17%
  • ISSI 212   -0,19   -0,09%
  • IDX30 416   -1,10   -0,26%
  • IDXHIDIV20 502   -1,67   -0,33%
  • IDX80 119   -0,13   -0,11%
  • IDXV30 124   -0,51   -0,41%
  • IDXQ30 139   -0,27   -0,19%

Berhasil karena berani mengambil risiko (4)


Jumat, 25 Mei 2018 / 16:10 WIB
Berhasil karena berani mengambil risiko (4)
ILUSTRASI. FENOMENA - James Ratcliffe


Reporter: Laurensius Marshall Sautlan Sitanggang | Editor: Tri Adi

KONTAN.CO.ID - Kesuksesan James Ratcliffe membesarkan perusahaan kimia hingga menjadi salah satu terbesar di dunia tak lepas dari sikapnya yang ambisius. Dia juga terkenal sebagai orang yang berani mengambil risiko besar untuk bisnisnya. Ratcliffe berani berutang banyak kepada bank untuk mendanai ekspansi besar-besaran ketika mengembangkan Ineos. Langkah tersebut berhasil membuat bisnisnya terus berkembang pesat hingga membuat dirinya jadi orang terkaya di Inggris.

Berhasil dalam karier dan menjadi pria terkaya di Inggris ternyata tidak menjamin kesuksesan kehidupan pribadi James Ratcliffe. Kisah hidup pria kelahiran Oktober 1952 ini tidak secemerlang kariernya. Miliarder ini pernah menikahi Amanda Townson namun hubungan keduanya kandas di tengah jalan pada 1995 silam, bahkan sebelum Ineos berdiri.

Meski begitu, hasil pernikahan antara keduanya menghasilkan dua anak laki-laki. Ratchliffe kemudian menikahi istri keduanya bernama Alicia dan memiliki seorang puteri.

Di mata keluarga dan para kolega bisnisnya, Ratchliffe terkenal sebagai sosok yang suka mengambil keputusan berisiko, terutama untuk keperluan bisnis. Sebelum memulai kariernya sebagai pengusaha, sebuah artikel pada November 2014 silam bercerita sosok Ratcliffe memang seorang yang ambisius. Dia memiliki pendirian kuat untuk bisa mendirikan perusahaan sendiri.

Baru pada usia ke-40 Ratcliffe mendirikan perusahan sendiri yang menjadi cikal bakal Ineos. Bersama dengan mitranya bernama John Hollowood sesama pakar kimia, keduanya mulai mencari celah untuk berbisnis.

Langkahnya pun tak berjalan mulus, pasalnya modal usaha keduanya terbilang tipis kala itu. Hollowood menilai Ratcliffe merupakan orang paling ambisius tetapi keras kepala di saat yang bersamaan.

Contohnya, sebelum perceraiannya dengan istri pertamanya, Ratcliffe nekat menjual rumahnya padahal kedua puteranya masih kecil. Tak tanggung-tanggung, uang hasil penjualan rumahnya dipakai seluruhnya untuk berbisnis.

Ratcliffe pun mengakui bahwa langkahnya tersebut sangat berani, karena bila gagal maka bisa dipastikan hidupnya akan berantakan. Beruntung, Ratcliffe berhasil dalam pertaruhan besar tersebut.

Proses pengembangan bisnis di Inspec hingga berganti bendera menjadi Ineos terbilang cukup cepat. Catatan Financial Today, dalam kurun 10 tahun, melalui perusahaannya berhasil mengakuisisi lebih dari 20 perusahaan berbasis kimia.

Dia mengungkap sedikit cara berbisnis agar cepat sukses, yaitu lebih berani melakukan pinjaman atau berutang. Dalam persepsinya, agar perusahaannya cepat berkembang yakni dengan meminjam kredit sebesar-besarnya dan memakai dana tersebut untuk ekspansi besar-besaran, sembari melakukan efisiensi dalam lini bisnis internal.

Lewat strategi ini, setelah dibentuk pada tahun 1998, Ineos dengan cepat masuk sebagai pemain besar di bisnis kimia. Tepatnya pada tahun 2005 Ineos sudah menjajal sebagai perusahaan kimia terbesar di pasar global.

Namun, cara tersebut pada sempat berbuah pahit. Pada masa krisis keuangan di tahun 2008, Ineos juga menjadi salah satu perusahaan yang terkena dampak. Antara lain meninggalkan banyak utang. Sisa utang tersebut disebabkan langkah perushaan ini membeli unit bisnis British Petroleum (BP). Dia sempat dikejar-kejar tiga bank yang menjadi kreditur terbesarnya kala itu yakni Barclays Capital, Merrill Lynch dan Morgan Stanley untuk segera melunaskan utangutangnya.

Pada 2008 merupakan tahun terburuk sepanjang karier Ratcliffe. Ineos terpaksa memangkas lebih dari separuh pendapatannya untuk membayar utang. Tak hanya itu, Ineos juga terpaksa memangkas habis dana belanja operasional, memotong biaya pemeliharaan, memotong gaji dan bonus karyawan demi melunasi utangnya. Pada akhirnya dia berhasil melewati masa suram itu dengan gencar menjalankan joint venture dengan banyak perusahaan.

(Selesai)



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×