Reporter: Laurensius Marshall Sautlan Sitanggang | Editor: Tri Adi
Ratcliffe pun mengakui bahwa langkahnya tersebut sangat berani, karena bila gagal maka bisa dipastikan hidupnya akan berantakan. Beruntung, Ratcliffe berhasil dalam pertaruhan besar tersebut.
Proses pengembangan bisnis di Inspec hingga berganti bendera menjadi Ineos terbilang cukup cepat. Catatan Financial Today, dalam kurun 10 tahun, melalui perusahaannya berhasil mengakuisisi lebih dari 20 perusahaan berbasis kimia.
Dia mengungkap sedikit cara berbisnis agar cepat sukses, yaitu lebih berani melakukan pinjaman atau berutang. Dalam persepsinya, agar perusahaannya cepat berkembang yakni dengan meminjam kredit sebesar-besarnya dan memakai dana tersebut untuk ekspansi besar-besaran, sembari melakukan efisiensi dalam lini bisnis internal.
Lewat strategi ini, setelah dibentuk pada tahun 1998, Ineos dengan cepat masuk sebagai pemain besar di bisnis kimia. Tepatnya pada tahun 2005 Ineos sudah menjajal sebagai perusahaan kimia terbesar di pasar global.
Namun, cara tersebut pada sempat berbuah pahit. Pada masa krisis keuangan di tahun 2008, Ineos juga menjadi salah satu perusahaan yang terkena dampak. Antara lain meninggalkan banyak utang. Sisa utang tersebut disebabkan langkah perushaan ini membeli unit bisnis British Petroleum (BP). Dia sempat dikejar-kejar tiga bank yang menjadi kreditur terbesarnya kala itu yakni Barclays Capital, Merrill Lynch dan Morgan Stanley untuk segera melunaskan utangutangnya.
Pada 2008 merupakan tahun terburuk sepanjang karier Ratcliffe. Ineos terpaksa memangkas lebih dari separuh pendapatannya untuk membayar utang. Tak hanya itu, Ineos juga terpaksa memangkas habis dana belanja operasional, memotong biaya pemeliharaan, memotong gaji dan bonus karyawan demi melunasi utangnya. Pada akhirnya dia berhasil melewati masa suram itu dengan gencar menjalankan joint venture dengan banyak perusahaan.
(Selesai)