Sumber: Reuters | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - KAIRO/YERUSALEM. Warga Palestina di Gaza utara mengalami malam serangan udara terburuk dalam beberapa pekan terakhir setelah militer Israel mengeluarkan perintah evakuasi massal pada Senin (30/6).
Di saat yang sama, pejabat tinggi Israel dijadwalkan bertemu dengan pihak Gedung Putih untuk mendorong tercapainya gencatan senjata yang dimediasi oleh pemerintahan Presiden AS Donald Trump.
Baca Juga: Profil Ayatollah Ali Khamenei, Pemimpin Iran yang Klaim Menang atas Konflik Israel
Sehari setelah Trump mendesak agar perang yang telah berlangsung selama 20 bulan itu diakhiri, Ron Dermer menteri urusan strategis Israel dan orang dekat Perdana Menteri Benjamin Netanyahu dijadwalkan melakukan pembicaraan di Gedung Putih terkait gencatan senjata di Gaza, konflik dengan Iran, serta kemungkinan kesepakatan diplomatik regional yang lebih luas.
Namun, di lapangan, tanda-tanda meredanya pertempuran belum terlihat.
“Ledakan tidak berhenti; mereka membom sekolah dan rumah. Rasanya seperti gempa bumi,” ujar Salah, 60 tahun, ayah lima anak dari Gaza City.
“Di berita kami dengar gencatan senjata sudah dekat, tapi yang kami lihat hanyalah kematian dan ledakan.”
Tank-tank Israel memasuki wilayah timur distrik Zeitoun di Gaza City dan menembaki sejumlah area di utara.
Baca Juga: Netanyahu: Kemenangan atas Iran Buka Peluang Bebaskan Sandera di Gaza
Sementara itu, pesawat tempur menyerang sedikitnya empat sekolah setelah sebelumnya memerintahkan ratusan keluarga yang berlindung di dalamnya untuk mengungsi, menurut keterangan warga.
Menurut otoritas kesehatan Gaza, sedikitnya 25 orang tewas dalam serangan udara Israel pada hari Senin, termasuk 10 korban jiwa di Zeitoun.
Belum ada komentar langsung dari militer Israel, yang selama ini menuduh militan Palestina bersembunyi di antara warga sipil tuduhan yang dibantah kelompok-kelompok militan.
Serangan ini terjadi setelah Israel mengeluarkan perintah evakuasi baru di wilayah utara Gaza, tempat pasukan Israel sebelumnya sudah melakukan operasi darat dan meninggalkan kerusakan besar.
Militer Israel menyatakan mereka akan kembali melancarkan operasi terhadap militan Hamas di wilayah utara, termasuk jantung kota Gaza.
Baca Juga: Iran Ragukan Komitmen Israel pada Gencatan Senjata, Isyaratkan Balas Jika Diserang
Langkah Selanjutnya
Sehari setelah Trump menyerukan agar “Buat kesepakatan di Gaza, kembalikan para sandera”, Ron Dermer dijadwalkan tiba di Gedung Putih untuk membahas perkembangan di Gaza dan Iran, menurut seorang pejabat Israel.
Di Israel, kabinet keamanan Netanyahu akan mengadakan pertemuan untuk membahas langkah selanjutnya dalam operasi militer di Gaza.
Pada Jumat lalu, Kepala Staf Militer Israel menyatakan bahwa operasi darat saat ini hampir mencapai tujuannya.
Sementara itu, pada Minggu, Netanyahu menyebut bahwa “peluang baru telah terbuka” untuk mengembalikan para sandera 20 dari 50 sandera diyakini masih hidup.
Sumber Palestina dan Mesir yang mengetahui proses mediasi mengatakan bahwa Qatar dan Mesir telah meningkatkan upaya komunikasi dengan kedua belah pihak, meskipun belum ada tanggal pasti untuk putaran baru pembicaraan gencatan senjata.
Baca Juga: Trump Kecam Keras Proses Hukum Netanyahu, Singgung Bantuan AS ke Israel
Seorang pejabat Hamas mengatakan bahwa kemajuan negosiasi bergantung pada kesediaan Israel untuk mengubah posisinya yaitu menyetujui penghentian perang dan menarik pasukan dari Gaza.
Israel bersikeras bahwa perang hanya akan berakhir jika Hamas dilucuti senjatanya dan dibubarkan. Hamas menolak menyerah.
Perang dimulai pada 7 Oktober 2023 ketika pejuang Hamas melancarkan serangan mendadak ke wilayah Israel, menewaskan 1.200 orang sebagian besar warga sipil dan menyandera 251 orang yang dibawa ke Gaza.
Serangan militer Israel setelahnya telah menewaskan lebih dari 56.000 warga Palestina, sebagian besar adalah warga sipil, menurut Kementerian Kesehatan Gaza.
Hampir seluruh populasi 2,3 juta jiwa di Gaza kini mengungsi, dan wilayah tersebut dilanda krisis kemanusiaan parah.
Lebih dari 80% wilayah Gaza kini berada di bawah zona militer Israel atau perintah evakuasi, menurut data Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).